MATARAM—- Aktivis LSM NTB apresiasi Kebijakan PT.Amman Mineral Nusatenggara (AMNT) mengkarantina sedikitnya 1000 karyawan.
Ketua Aliansi Rakyat Menggugat (ALARM) NTB, Lalu Hizzi menegaskan, karantina di Mataram atau pulau Lombok paling representatif karena, fasilitas medis dan sumber daya sangat mendukung.
“Kita harap, AMNT tidak serta merta membatalkan karantina yang menimbulkan kerugian bagi pengusaha hotel dan pekerja di Pulau Lombok,” kata, Lalu Hizzi mengingatkan keputusan management akan berdampak luas di pulau Lombok, Senin (20/4).
Ia menegaskan, management AMNT diketahui telah memboking sedikitnya empat hotel di pulau Lombok. Keempat hotel itu diminta memfasilitasi karantina karyawan yang masuk pergantian shif atau Shif Break.
Meski Pulau Lombok masuk zonamerah, akan tetapi menurut Hizzi, ketersediaan sarana dan prasarana medis serta pemantauan lebih mudah. Menurutnya, ada dua labolatorium swab di Mataram. Pertama RSU Milik Universitas Mataram (Unram) dan RSUP NTB.
“Menurut kami, tidak ada masalah jika management tetap melakukan karantina di Pulau Lombok karena fasilitas lengkap tadi serta mudah diawasi. Yang bermasalah kalau bokingan hotel ini dibatalkan, ini masalah besar,” tegas Hizzi, pentolan aktifis yang tenar akibat memimpin penolakan pergantian nama Bandara Internastional Lombok (BIL) tersebut.
Sebelumnya, Head Of Coorporate Communication AMNT, Kartika Oktaviana menegaskan perusahaan telah memprogramkan Karantina bagi sedikitnya 1000 karyawan yang masuk field break dan cuti.
Management memilih karantina di Pulau Lombok karena dianggap representatif dan mudah dikontrol. Perusahaan mengakui telah memboking sedikitnya empaf hotel di Pulau Lombok guna menampung 1000 karyawan. Itu untuk masa karantina 14 hari sesuai dengan standar karantina kesehatan yabg berlaku di Indonesia.