Sumbawa Besar, Kabar Sumbawa— Wacana tentang perlunya harga rokok dinaikkan hingga di atas Rp. 50 ribu per bungkus terus menggulirkan berbagai polemik. Salah satunya reaksi timbul dari politisi Partai Demokrat Sumbawa, Syamsul Fikri, AR, SAg, MSi.”Kenaikan harga rokok jelas membawa gejolak sosial masyarakat, jangan sampai ini justru menjadi Jebakan Batman,” kata Fikri.
Fikri yang juga Ketua DPC Partai Demokrat Sumbawa sangat menyayangkan jika kebijakan tersebut benar-benar direalisasikan. Karena hal itu dapat berpegaruh terhadap multipliyer effect. Sebagai contoh, Jawa Timur pendapatan dari cukai rokok saja sebesar Rp. 100 triliun, dari nilai tersebut dibagikan kepada ke beberapa daerah lain sebagai dana bagi hasil pajak, dan kembali ke Jawa Timur hanya Rp.2,2 triliun. Sehingga adanya wacana tersebut akan mengakibatkan dampak sosial yang sangat dasyat. “ Mencegah orang merokok harus karena kesadaran sendiri, bukan karena dipaksa dengan menaikkan harga rokok,” ujar Fikri.
Dikatakan, jika harga setiap bungkus rokok rokok sampai di atas Rp 50 ribu maka industri rokok dalam negeri yang berskala besar pun akan rontok. Dan jika industri rokok dalam negeri gulung tikar, sambung Fikri, maka efek turunannya akan sangat serius. “Jika pabrik rokok gulung tikar, maka jutaan pekerja di sektor tembakau akan menganggur, dan catatan kemiskinan Indonesia akan semakin besar. Para petani tembakau jelas kena imbasnya dan berdampak pada perekonomian nasional,” ulasnya.
Fikri menegaskan, selama ini sektor pertembakauan mempunyai peran penting dalam menggerakkan ekonomi nasional. Bahkan memiliki multiplier effect yang sangat luas dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. “Jika pemerintah sampai menuruti ide tersebut maka industri rokok di dalam negeri akan gulung tikar, dan berapa jumlah tenaga kerja yang akan mengganggur dampak dari terbatasnya produksi, siap-siap aja kita tanam Jontal sebagai penggantinya,” tandas Fikri. (KS/001)