DOSEN [PEREMPUAN HEBAT] DI PROGRAM MDPT

Date:

Sorot Balik

Mr. J 

Deretan bangku kosong saksi kekeh lenguh lesu

Merapal ingatan ucap asmara kasih

Meresap makna figuratif luka hati

Berkisah cinta pragma tiap sudut ruang kuliah

 

Berjingkik pusaran gerimis

Punguh tiada belaian

Dendam birahi hening berpumpun

Kuat, mengungkit sukma

 

Memberhala dalam batin

Berpadu membangun merayan

Kau makin tak jua menerang!

Meringgis putus asa

 

Perempuan Hebat

Mengawali tulisan sederhana ini, sesederhana aku melihat dirimu yang hebat, cendekia, dan enerjik (gercep). Bertemu dengan dirimu yang penuh semangat, berbicara tampak sangat tertata seperti paving block. Ketika berucap tampak seisi ruangan dalam posisi siap menyimak, hening tidak bersuara. Maaf ya, saya sering memerhatikan baik selama kegiatan daring (Agustus-September) maupun luring (Oktober-November). Kadang sempat guyon, kok kamu semua hal diketahui? Makan apa sih? Dan kadang juga menggodanya.

Saya bertemu dengan perempuan hebat. Perempuan berparas cantik, bersih, tingginya mungkin sekitar 150 cm, dan yang membuat kagum lagi adalah perempuan tersebut sudah hampir menggenggam gelar doktor. Belum berhenti di situ, ternyata kopromotorya juga adalah penguji eksternal saya saat ujian terbuka di Universitas Negeri Yogyakarta.

Kesamaan-kesamaan tersebut membuat kami terasa saling melengkapi. Terasa nyaman bersama. Ngobrol apa saja. Tak ada sekat. Tak ada jarak. Semua mengalir begitu saja. Dari kisah asmara, orang tua, tempat kerja, studi, dan dosen magang. Bahkan seringkali saling memuji, dan menguatkan satu dengan yang lain. Menurutku, ini saya salah satu manfaat mengikuti kegiatan Program Magang Dosen Perguruan Tinggi (MDPT) Kemendikbudristek.

Deretan Bangku Kosong

Minggu kedua Oktober, saya dan sebut saja, Cin, pergi bersama-sama ke Prodi. Dengan maksud menunaikan kewajiban sebagai dosma. Pukul 05.00 WIB, kami saling berkomunikasi via WA, saling menginformasikan tentang apa-apa yang akan kita bahas dan tanyakan kepada Bu Heny. Saya sendiri sudah terbangun pukul 04.00 WIB—maklum ada walker, menunaikan ibadah, mandi, dan kenakan pakaian rapi serta menyiapkan sepatu. Jam-jam segini di asrama putri, cukup banyak paha ayam yang tak berbulu, menggoda sekali untuk disantap. Hemmm….lezat. Bikin ngiler aja. Jangankan itu, derap langkahnya pun menggoda—bunyi sandalnya, pak…pek…pak…pek…pak. Eits…apalagi ayamnya hanya mengenakan handuk keluar dari kamar mandi. Astagfirullah…Ampun dj…Kadang hati berkata, “Apakah ibadah mesti diawali dengan ini toh ya Allah?”

Di depan pintu utama kamar mandi telah berdiri tegak dua security, yang bertugas berjaga secara bergantian. Satunya masih menggunakan pakai tidur dan satunya sudah mengenakan baju putih dan rok hitam. Mungkin ganti baju di kamar mandi. Tampaknya sih mahasiswa PPG. Keduanya rupawan, sepertinya masih gadis, bukan janda seperti di kantin pojok sana. Melihat dua security, sebenarnya ikut ciut nyali. Seperti apa yang sering diingatkan oleh ustad bahwa salat adalah tiang agama. Wajib bagi setiap muslim melaksanakannya.

Saya hampiri kedua security tersebut, menjelaskan maksud. Mereka dengan ramah memberi penjelasan bahwa semua kamar mandi sedang dipakai oleh mbak-mbak. Wah…pikiranku langsung on, frekuensinya semakin ke mana-mana. “Apa yang sedang mereka lakukan di kamar mandi?” gumamku penuh tanya. Belum usai bertanya, salah seorang mbak keluar dari kamar mandi tanpa engsel tersebut. Saya tahu daun pintu tersebut lepas tanpa kunci. Jadi, mbak-mbak yang menggunakan kamar mandi tersebut, ya mesti dijaga. Sebab kalau enggak, bisa-bisa Kang Sugi bermimpi buang air kecil lalu mendorong pintunya. Kan bisa berabe guys.

Akhirnya, dengan sedikit memaksa, dan beritahu bahwa saya mau pipis. “Aku sudah kebelet nih” jelasku polos sedikit menyiksa. Rasanya sudah mau keluar. Sedikit lagi…sedikit lagi. “Betul, Mbak!” Aku mau kencing di depanmu loh. Si mbak langsung minggir seribu langkah. Aku langsung masuk kamar mandi yang ditinggal oleh mbaknya. Tanpa basa-basi, saya langsung buka resleting celana, dan sirnalah segala dingin tembok dengan penuh kehangatan. Lalu, saya menyiram tembok sisa air seni. Sembari merapikan resleting, membersikannya, mengelus-elor kepalanya. Setelah dirasa bersih, saya kemudian menutup kembali sangkarnya.

“Hemm…hem…” Ada suaranya bermaksud menyapa. Tampaknya, bukan suara Kang Sugi atau rekan lain. Suaranya, seperti suara jenis kelamin yang diidam-idamkan. Saya berusaha menoleh perlahan-lahan, ingin tahu siapa yang mau mengganggu aktivitasku. Ala mak…betapa kaget dan terkejut, ternyata aku lupa tutup pintu kamar mandi. Dan di depan pintu berdiri perempuan yang mengenakan daster biru, tampak samar-samar kulihat sesuatu yang terlarang. Maluku di mana nih? Kwkwkwkw….aku hanya tersenyum tersipu malu. “Aduh, maaf Mbak?” kataku menahan malu. “Sebentar Mbak ya?” Saya mau ambil air wudhu dulu. Selesai wudhu, saya berjalan menunduk seperti berjalan di tengah singa kelaparan yang siap menerkam. Ada dua security, dan 1 mbak berdaster biru.

“Alhamdulillah, selamat-selamat” gumamku. Sambil buru-buru kembali ke kamar, menghadap ilahi dan memohon ampun atas segala dosa hari ini. Usai salat, saya mengenakan baju putih dan celana jeans, serta membersihkan sepatu yang baru dibeli. Maaf nih, sedikit sombong. Huppss….he…he…he…Maklum, saya akan jalan bareng, berdua lagi bersama perempuan idaman semua jejaka. Setelah dirasa siap, saya kemudian ke kantin putri untuk mengisi perut yang mulai memberontak. Sampai di sana ternyata kantin pelum buka. Yang ada deretan bangku kosong yang tak berpenghuni. Biasanya sih buka pukul 07.00 WIB.

Penutup

Tak ada yang perlu saya tulis apalagi mau saya tutup-tutupi. Kamu, adalah perempuan yang sangat hebat. Pada usia yang relatif amat muda, banyak hal yang sudah kamu raih. Saat ini, saya belum bisa mengakhiri untuk menulis tentang kamu. Saya banyak belajar tentang kedisiplinan, persahbatan, komitmen, empati, dkk. Saya jadi ingat dengan materi CCU, yang disampaikan oleh salah seorang mahaguru dari Jurusan PBSI FBS Unesa. Tulisan ini akan terus berlanjut menapaktilasi jejak langkahmu hingga jemari ini berhenti bergerak. Semoga sukses dan bahagia. Amin. (Lidah Wetan, 2 November 2022, pukul 09.49 WIB)

Penulis :

Juanda (Mr. J) – Dosma di Universitas Negeri Surabaya Dari Universitas Samawa, Sumbawa // [email protected]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Populer

More like this
Related

TGB PILIH SAUDARA ATAU SAHABAT?

(Masa Nggak Paham!) Oleh : Muallif Majhul Memang seni politik itu...

A gift for NTB

Oleh Husaini Ahmad (Awardee Beasiswa NTB) Apa yang kira –...

SMP Negeri 3 Sumbawa Dalam Sketsa Jiwa Kami

Oleh : Rosidah Resyad,SPd .M.M.nov Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com - Menelusuri...

KEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI MERUBAH CARA BERPIKIR GENERASI MUDA

Oleh : Ahmad Jasum - Mahasiswa Manajemen Inovasi Pascasarjana Universitas...