Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Kerusakan ekosistem laut dan penurunan sumberdaya perikanan di perairan Kabupaten Sumbawa khusunya di Teluk Saleh adalah permasalahan yang harus segera di atasi. Kegiatan destructive fishing seperti penggunaan bom masih sering terjadi di perairan Sumbawa terutama di Teluk Saleh. Baru-baru ini, pada tanggal 28 Maret 2022, media massa online di Sumbawa memberitakan kematian nelayan yang diakibatkan bom ikan yang digunakannya meledak mengenai dirinya. Selain mengancam nyawa, penggunaan bom telah menyebabkan kerusakan terumbu karang. Pada tahun 2015, WWF menyatakan bahwa kerusakan terumbu karang terparah di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdapat di Sumbawa (40% terumbu karang di Sumbawa dinyatakan rusak parah).
Tidak hanya itu, beberapa permasalahan lain yang terjadi di sekitar perairan Teluk Saleh ialah kerusakan mangrove, tingginya tekanan penangkapan, penangkapan tidak lestari, tingkat sedimentasi yang tinggi dari tata guna lahan yang tidak baik serta peningkatan jumlah sampah plastik. Permasalahan-permasalah tersebut jika tidak diatasi dengan segera maka akan mengancam keberlanjutan sumberdaya laut. Secara langsung maupun tidak langsung kondisi tersebut akan mengancam perekenomian, sosial dan politik pada tingkat lokal maupun global. Kegiatan-kegiatan penyadaran yang dilakukan selama ini hanya dilakukan secara insidental, tidak berkelanjutan dan belum menyeluruh (komprehensif). Tidak adanya literasi laut secara komprehensif yang dilakukan pada seluruh lapisan masyarakat pesisir menyebabkan sulitnya melakukan perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan lingkungan melalui melalui literasi laut dan edukasi blue skill adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah pola perilaku masyarakat pesisir dalam pemanfaatan sumberdaya laut yang bekerlanjutan. Pendidikan lingkungan memainkan peran penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan
Berdasarkan permasalahan tersebut, program studi Manajmen Sumberdaya Perairan (MSP), Universitas Samawa berupaya mengambil peran dalam pembangunan dan perlindungan pesisir dan laut melalui kegiatan “ocean literacy for all”. Ocean literacy for all ini adalah kegiatan yang berbentuk memberikan edukasi kepada anak-anak-anak dan pemuda di Sumbawa terkait dengan keterkaitan antara manusia dan laut. Dr. Neri Kautsari, S.Pi.,M.Si selaku ketua program studi MSP UNSA dan juga pelopor ocean literacy for all di Sumbawa menjelaskan bahwa Ocean literacy (OL) didefinisikan sebagai pemahaman tentang pengaruh laut terhadap manusia dan pengaruh manusia terhadap laut. Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk memberikan literasi laut bagi anak-anak peisisir pada anak-anak Sekolah Dasar hingga SMA. Adanya kegiatan literasi laut ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman anak-anak pesisir tentang pentingnya laut bagi keberlanjutan hidup manusia. Dengan pemahaman tersebut, diharapkan kedepannya generasi tidak lagi melakukan destructif fishing atau kegiatan pengrusakan laut lainnya. Melalui kesadaran tersebut, masyarakat pesisr ke depannya dapat mengelola dan memanfaatkan laut secara berkelanjutan sehingga sumberdaya laut dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama.
Kegiatan ini telah dilakukan di dua wilayah pesisir yaitu di Dusun Prajak dan Desa Teluk Santong. Pada kesempatan tersebut, kepala desa Teluk Santong Mas Jude menyampaikan bahwa kegiatan-kegiatan edukasi lingkungan laut sangat cocok diterapkan di wilayah pesisir karena beberapa tahun terakhir perairan pesisir mengalami berbagai ancamaran diantaranya penecemaran laut. Konservasi perairan menjadi salah satu program dari pemerintah Desa Teluk Santong. Semoga kedepannya kegiatan ini dapat berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa serta lembaga lainnya. (KS)