Wakil Presiden Republik Indonesia
Sumbawa Besar, Kabar Sumbawa-Pendidikan di Pesantren yang mengusung nama modern internasional mempunyai sebuah beban berat. Sehingga pendidikan yang diterapkan harus selalu mendahului zamannya. Pasalnya pendidikan baru bermanfaat 20 tahun ke depan. Karenanya setiap penyelenggara pendidikan diminta untuk tidak mengajarkan hal-hal yang sudah lama dan tidak laku lagi. Demikian juga dengan tagline modern, yang bukan sebagai inspirasi tapi mampu menjawab kebutuhan hingga 20 tahun yang akan datang.
Hal itu disampaikan Wakil Presiden Republik Indonesia, Muhammad Jusuf Kalla pada kunjungannya di Kabupaten Sumbawa untuk melakukan peletakan batu pertama Pembangunan Bale Dea Guru Bait Kalla dan Masjid Saidah di Pesantren Modern Internasional Dea Malela, Rabu (20/07/2016).
Dikatakan Wapres, kebutuhan bangsa kita ke depan tentunya teknologi, sebab di era persaingan dunia yang kini mengedepankan keterbukaan yang luar biasa, dan hubungan antar manusia yang berubah menuntut adanya kemajuan bidang tekhnologi. Hal itu juga dikaitkan dengan tagline Internasional yang digunakan oleh Pondok Pesantren Dea Malela, yang artinya keterbukaan dan menjaga mutunya sebagai sebuah wahana pendidikan yang mengedepankan ilmu modern dan memiliki standar Internasional. “Mempunyai kurikulum yang menjangkau kebutuhan akan datang, barulah dikatakan modern dan internasional,” ujar JK.
Menurut Wapres, keberadaan Pondok Pesantren Modern Internasional Dea Malela yang diharapkan dapat menerapkan kurikulum untuk kebutuhan di masa yang datang bukan tanpa alasan, mengingat bahwa saat ini dunia Islam penuh dengan kesedihan dan sulit tersenyum. Contohnya di Timur Tengah, Afrika, Eropa dan bahkan di Amerika Serikat yang salah seorang calon Presidennya Donald Trum melarang orang Islam masuk ke negaranya. Meski begitu, JK bersyukur di Indonesia tidak terjadi hal demikian, tapi tantangannya berbeda. “Tentu kita merasa berbangga, pendidikan itu sama dengan restoran. Orang tidak memilih tempat tapi memilih mutu. Kalau di lorong gang tapi enak rasanya maka orang rela mengantri. Gedung tidak penting tapi mutu yang diperhatikan. Dulu orang di Gontor hanya pakai kuda, tapi orang datang. Sekarang tempat ini memang belum diketahui orang, tapi kalau sudah bermutu maka susah menolaknya untuk masuk,” ujar Wapres merujuk kepada keberadaan Pondok Pesantren Dea Malela di Dusun Pamangong, Desa Lenangguar, Kecamatan Lenangguar, Kabupaten Sumbawa.
Wapres juga menyentil dua model pendidikan yang diterapkan di Eropa yakni pendidikan skill keahlian dan pendidikan liberal art yang belakangan dipraktekan di Korea dan Jepang. Konsepnya mengajarkan atau memberikan kemampuan berinovasi. Di Pesantren juga menggunakan metode seperti itu, dalam bentuk menghafal atau berekspresi.
JK berpesan bahwa tantangan bangsa ke depan yakni tantangan ekonomi, sehingga diharapkan dengan eksistensi pesantren di mana-mana dapat selalu memberikan inisiatif untuk menciptakan peserta ekonomi/pengusaha.(KS/001)