Sumbawa—Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar, menggelar unjuk rasa di dalam kampus, Senin 11/05/2015. Aksi unjuk rasa yang dipimpin langsung Ketua BEM, Sahidullah, mengusung tiga tuntutan utama.
Mahasiswa menuntut bahwa penegerian UNSA harus terwujud, bukan hanya sekedar wacana dan janji. Sarana dan prasarana yang dimiliki kampus harus selarasa dengan biaya kuliah yang dikeluarkan mahasiswa. Mengingat sarana dan prasarana juga merupakan faktor pendukung penegerian. Keberadaan perpustakaan yang tidak representative terhadap kebutuhan mahasiswa, wifi yang tidak dapat diakses oleh keseluruhan mahasiswa. Hal-hal tersebut menurut mahasiswa tidak selaras dengan Visi UNSA.
Mahasiswa berkeliling di dalam kampus untuk menyampaikan orasinya di hadapan mahasiswa lain dan jajaran civitas akademik UNSA. Namun, Rektor UNSA, Prof Syaifuddin Iskandar secara paksa menghentikan orasi dan aksi mereka. Rektor menganggap aksi tersebut mencoreng nama baik kampus karena bertepatan dengan adanya penyampaian kuliah umum oleh pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan di auditorium kampus tersebut.
Mahasiswa yang tidak mau kalah, sempat melunak dan kembali ke ruang sekretariat BEM. Di sana mereka kembali berorasi menyinggung sikap Rektor yang dianggap arogan dan cenderung tidak memberikan mereka ruang menyampaikan aspirasinya.
Ketua BEM UNSA, Sahidullah, mengatakan usai orasinya, bahwa sarana prasana yang mendukung untuk penegerian UNSA harus menjadi perhatian kampus. Misalnya pembangunan Lab Fakultas Pertanian harus diwujudkan. Begitu pula dengan proses penegerian UNSA yang bagi mahasiswa harus ada langkah dan penjelasan kongkrit dari pihak kampus bahwa UNSA akan menjadi Negeri.
“Salah satu langkahnya adalah mulailah terbuka dengan mahasiswa terkait apa yang menjadi kendala dan kekurangan, apa juga aset UNSA yang disiapkan untuk menjadi Perguruan Tinggi Negeri,” kata Sahid.
Rektor Akan Mundur
Secara terpisah, Rektor UNSA, Prof Syaifuddin Iskandar, mengaku sangat terpukul dengan unjuk rasa BEM terhadap manajemen kampus.
“Saya merasa sangat terpukul dengan aksi BEM. Jujur, selama ini saya tidak pernah melarang ngapa-ngapain dan segala macam di kampus. Kenapa saya sangat terpukul, karena memang ada tamu dari KKP. Justeru berbalik mahasiswa mendemo kampus sendiri, mungkin momentnya saja yang kurang pas,” ujar Prof Ude.
Untuk itu katanya, sebagai pertanggungjawaban dirinya dan harga dirinya, dalam sehari atau dua hari ke depan ia akan menyerahkan jabatan Rektor ke orang lain supaya tuntutan mahasiswa bisa terpenuhi. Ia akan kembali ke Kopertis menjadi dosen biasa.
Ditemui usai menanggapi mahasiswa yang mendemonya, Prof Ude, mengakui bahwa selama ini pihaknya telah berusaha maksimal untuk menyukseskan penegerian UNSA. Hanya saja masih tersandung dengan adanya moratorium penegerian perguruan tinggi oleh pemerintah pusat.
Terkait tuntutan perbaikan sarana dan prasarana kampus yang dituntut mahasiswa, menurut Rektor hal tersebut tidak berbanding lurus dengan apa yang menjadi kewajiban mahasiswa untuk membantu pendanaan kampus.
“Itu terkendala dana, kita tahulah bahwa separuh dari mahasiswa UNSA masih menunggak kewajibannya. Karena kondisi masyarakat Sumbawa berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, ya kita mau bilang apa,” kata Rektor. (KN)