Boston, kabarsumbawa.com – Madu Sumbawa kini menjadi produk kelas dunia. Produk unggulan Tana Samawa ini semakin dikenal setelah mahasiswa “menjajakannya” kepada ratusan tim dari 31 negara di Amerika pada hari ketiga ajang International Genetically Engineered Machine (iGEM) Competition 2014 (kompetisi dunia Synthetic Biology), Jumat (31/10). Ini terbukti dari membludaknya pengunjung di stand UTS yang berada di lantai II Hynest Convention Center, Boston. Selain ingin mengetahui lebih jauh tentang project Econey yang digarap mahasiswa Fakultas Tekhnobiologi UTS, para pengunjung yang terdiri dari peserta dari 31 negara dan para dewan juri yang merupakan para pakar berbagai bidang ilmu terkait syntetic biology, ingin merasakan madu asli Sumbawa. Kebetulan mahasiswa UTS telah menyediakan ratusan shacet kemasan 20 ml madu hutan asli Sumbawa hasil produksi Koperasi Hutan Lestari, Desa Batu Dulang, Kecamatan Batu Lanteh. Menariknya salah seorang dosen dari Jerman yang mengaku pernah dua tahun menjadi dosen ITB, mengajak serta mahasiswanya ke stand UTS, setelah dirinya berkunjung terlebih dahulu dan mengetahui keberadaan madu yang menjadi proyek penelitian mahasiswa UTS. Dengan bangganya, Fajri, Azhar, Cyndi, Adel, Fahmi dan Yuli yang ditugaskan khusus pada sesi poster (Posters Session) bagian dari penilaian dewan juri, mempromosikan madu Sumbawa sekaligus memperkenalkan project econey–inovasi teknologi hasil rekayasa genetika bakteri E.coli untuk dikombinasikan dengan software mobile programming pada smartphone (Econey soft) atau lebih tepatnya akan dijadikan perangkat lunak handphone untuk mengukur kadar glukosa dalam madu Sumbawa dalam rangka menjaga kualitas.
Alat ciptaan FTB UTS ini diharapkan dapat membantu para petani madu yang selama merasa kesulitan untuk menghasilkan produk madu yang berdaya saing. Sebab Untuk mengukur glukosa (kadar gula) dalam madu Sumbawa, petani harus mengirim sampel ke laboratorium di luar daerah dengan waktu yang lama dan membutuhkan biaya. Dengan alat sensor hasil rekayasa genetika bakteri E.coli ini, petani hanya dengan menggunakan handphone dapat mengukur kadar gula madu Sumbawa. Beberapa pengunjung memberikan komentarnya yang positif karena menilai hasil karya FTB UTS ini langsung dapat dimanfaatkan masyarakat khususnya petani madu, yang secara tidak langsung tetap mempertahankan kearifan lokal. Ini sangat berbeda dengan tim lain yang sebagian besar hasil ciptaannya masih sebatas penelitian laboratorium yang belum dapat diaplikasikan langsung kepada masyarakat.
Untuk diketahui pada Sesi Poster ini semua tim dari 250 perguruan tinggi dunia menampilkan daya tarik standnya guna menyedot perhatian pengunjung dan dewan juri. Ada yang menggunakan topeng berkepala kuda, pakaian banana (pisang), busana koki, rambut balon, hingga membagi-bagikan souvenir. Sementara Tim Sumbawagen UTS meski terlihat sederhan namun elegan karena menonjolkan produk dalam negeri dengan topi yang dimodifikasi honey dan mengenakan pakaian batik. “Semoga melalui kompetisi ini dapat mengangkat citra daerah, dan madu sebagai produk unggulan Sumbawa yang mampu berdaya saing di tingkat dunia,” ucap Maya Fitriana—salah satu dosen sekaligus instruktur Tim Sumbawagen.