Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Tahun 2019 hingga 2021, dunia dihadapkan dengan permasalahan mewabahnya pandemi COVID-19. Tingkat penularan virus yang tinggi, memaksa pemerintan melakukan langkah pencegahan, mengendalikan penularan dan penyebarannya.
Gerakan menggunakan masker dan mencuci tangan menjadi salah satu langka pencegahan yang dilakukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencantumkan penggunaan masker dalam pedoman untuk menghentikan penyebaran virus di tempat umum.
Langkah ini menyebabkan tingkat produksi masker global meningkat tajam. Cina yang merupakan negara produsen masker global memproduksi masker hingga 116 juta per hari pada Februari 2020. Jumlah tersebut 12 kali lebih tinggi dari biasanya (Adyel, 2020).
Saat itu, penggunaan masker adalah metode yang baik dalam bidang kesehatan, namun dibalik hal tersebut terdapat ancaman yang besar bagi lingkungan terutama laut. Sekitar 3,4 milyar masker di buang dan bermuara ke laut.
Diketahui bahwa Negara Asia menggunakan masker paling banyak dibandingkan Eropa. Kebijakan protokol kesehatan bertolak belakang dengan kebijakan pengurangan penggunaan plastik Hampir semua negara memprioritaskan kesehatan dibandingkan termasuk Indonesia.
Nusa Tenggara Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan angka kasus covid-19 pada tahun 2020 > 5.000 kasus (https://corona.ntbprov.go.id/, 2020).Mengatasi masalah tersebut, Gubernur Nusa Tenggara Barat mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan masyarakat NTB untuk menerapkan protokol kesehatan.
Kebijakan tersebut telah berdampak pada peningkatan penggunaan masker dan alat pelindung lainnya (APD) (contohnya handsanitizer, sarung tangan plastik dal lainnya). Limbah masker bekas dan APD lainnya yang tidak terkelola dengan baik diduga telah meningkatkan jumlah sampah plastik di Sumbawa dan berdampak pada lingkungan terutama lingkungan laut.
Salah satu perairan yang diduga menerima limbah APD (alat pelindung diri seperti masker, botol handsanitizer dan lainnya) adalah perairan Teluk Saleh. Teluk ini telah dinyatakan sebagai akuarium dunia. Banyaknya jumlah kecamatan dan desa yang berada di pesisir Teluk Saleh berpotensi pada tingginya jumlah limbah covid-19 yang masuk ke perairan ini.
Berlandaskan hal tersebut, lima mahasiswa Universitas Samawa yang tergabung dalam kelompok riset mahasiswa melakukan penelitian terkait estimasi jumlah sampah masker akibat covid-19 serta potensi dampaknya di perairan Teluk Saleh.
Riset yang diketuai oleh Ma’adi dan beranggotakan Djodi Arya Pratama, Akbar Sapilin, Muharniati dan Titania Febryana dilakukan di enam kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Tarano, Kecamatan Plampang, Kecamatan Lape, Kecamatan Maronge, Kecamatan Moyo Hilir dan Kecamatan Moyo Utara.
“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa total jumlah limbah masker yang berada di pesisir Teluk Saleh selama masa covid-19 adalah 3.859.524 buah masker/tahun (14,30 ton/tahun atau 39,25 kg/hari). Dari jenis masker, masker yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di pesisir Teluk Saleh adalah jenis masker medis (masker bedah). Sekitar 58,33% – 74% masker yang digunakan oleh masyarakat pesisir adalah masker bedah, sisanya adalah masker kain dan masker KF95”. pungkas Maadi
Kelompok riset mahasiswa yang dibimbing oleh Dr. Neri Kautsari, S.Pi.,M.Si ini juga menemukan potensi dampak limbah selama masa covid-19 bagi perairan. Tim ini menemukan bahwa 66,94% masyarakat pesisir Teluk Saleh membuang sampah masker di tempat pembuangan sampah yang berada di dekat pantai sehingga sebagian sampah masker diduga masuk ke perairan Teluk Saleh. Tim ini juga meneliti dan merumuskan potensi dampak sampah plastik akibat masker.
Sampah plastik termasuk masker wajah yang telah terurai menjadi partikel berukuran lebih kecil (kurang dari 5 mm) dan berkontribusi pada polusi mikroplastik. Partikel-partikel mikroplastik ini mudah diakses oleh organisme laut dan masuk ke dalam rantai makanan. Konsumsi mikroplastik menimbulkan efek merugikan yang parah pada kesehatan manusia, seperti perubahan kromosom, obesitas, kanker, dan infertilitas. Dampak ini merupakan dampak yang besar karena rantai makanan di laut mempengaruhi rantai makanan global. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya mendasar dalam pengelolaan limbah dari Covid-19.
Kedepannya, tim ini berharap akan melakukan penelitian terkait mikroplastik di perairan Teluk Saleh dan menyusun strategi dalam penanggulan dan pengelolaannya. Dr. Neri Kautsari, S.Pi.,M.Si selaku pembimbing dari tim riset ini mengucapkan terima kasih kepada Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang telah mensuport dan mendanai kegiatan penelitian mahasiswa Universitas Samawa dan berharap apa yang dilakukan oleh mahasiswa dapat memberikan kontribusi untuk pengelolaan perairan di Sumbawa. (KS)