Bicara Stunting, BKKBN Gandeng LINKKAR

Date:

Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengandeng Lembaga Analisis dan Kajian Kebudayan Daerah (LINKKAR), menggelar sosialisasi Program Bangga Kencana. Kegiatan mengangkat tema “Turunkan Angka Stunting, Wujudkan Generasi Emas Berkualitas di NTB”.

Kegiatan yang dilaksanakan, Sabtu (18/12/2021) di Auditoriun UNSA ini, diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat seperti Mahasiswa, Pelajar, Kader Pembangunan Manusia (KPM) stunting, dan para Pendamping Desa.

Koordinator Divisi Perlindungan Perempuan dan Anak LINKKAR, Ardani Hatta dalam sambutannya, menyebutkan angka stunting NTB mencapai 23,51% hingga 2020. Sementara, dalam rentang waktu yang sama, hanya 70% Posyandu di NTB yang aktif. Untuk itulah kegiatan ini dianggap sangat diperlukan sebagai bentuk sosialisasi, advokasi, dan KIE Program Bangga Kencana BKKBN.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) UNSA, Dr. Ieke Wulan Ayu, STP., M.Si dalam kegiatan tersebut juga memberikan pernyataan yang senada. Menurutnya, UNSA sendiri turut konsen dalam kegiatan pemberdayaan, termasuk persoalan stunting ini. Tentunya, LPPM adalah corong utama setiap pemberdayaan yang dilakukan.

Kepala Dinas PPKBPP-PA Jannatulfala, S.AP selaku pemateri pertama memaparkan tentang pentingnya penanganan kesehatan di 1000 hari pertama kehidupan. Menurutnya, masa-masa emas tersebut yang menentukan perkembangan dan pertumbuhan. Maka harus dipahami bahwa Air Susu Ibu (ASI) di dua tahun awal adalah makanan terbaik bagi anak.

Baca juga:  BPBD Sumbawa Gerak Cepat Tanggap Atasi Luapan Air Sungai

Jika pemenuhan nutrisi pada masa-masa ini tidak dapat dipenuhi, maka saat itulah anak tersebut beresiko mengalami stunting. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh pola hidup yang tidak sehat, termasuk persoalan kebersihan sanitasi.

dr. Hj. Nieta Ariyani, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa sebagai pemateri ke 2 menyampaikan, Stunting sendiri lebih jelasnya adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis. Kondisi tersebut mengakibatkan tubuh lebih pendek dari balita pada umumnya. Seseorang juga dapat mengalami stunting dengan ciri ketidak sesuaian antara berat badan, tinggi tubuh, dan usia.

“Bahayanya, stunting ini bukan hanya terjadi pada saat anak usia balita, namun juga berdampak sampai ia tua”, katanya.

Menurutnya, anak yang mengalami stunting akan sangat gampang terserang penyakit. Ia juga akan tumbuh sebagai orang yang susah bersaing. Ia juga akan menjadi orang dengan kemampuan motorik yang rendah.

Mengatasi persoalan tersebut, Nieta mengungkap bahwa dalam menyempurnakan pertumbuhan otak, tinggi potensial, dan berat badan potensial, ibu hamil membutuhkan gizi mikro dan protein. Upaya ini dimulai dari masa pembuahan hingga masa kelahiran.

Sementara pasca kelahiran, untuk mencapai berat dan tinggi badan optimal, dibutuhkan seluruh zat gizi (mikro dan makro). Pola ini juga sekaligus sebagai bentuk pencegahan penyakit dan gizi buruk.

Baca juga:  Pemda Sumbawa Pastikan Rencana Pembangunan Samota Sport Center Tetap Berlanjut

Berikutnya sebagai pemateri ke 3, Ns. Yasinta Aloysia Daro, S.Kep., M.Kep., ( Ketua Program Studi Keperawatan Fak. Kesehatan UNSA menerangkan, tipe-tipe malnutrisi pada anak. Ia memaparkan bahwa bukan hanya stunting yang perlu diwaspadai. Para orang tua atau calon orang tua juga harus memahami bahwa ada yang disebut Wasting dan Underweight.

“Wasting itu ketika berat badan anak lebih rendah dari tinggi tubuh. Jadi dia tinggi, tapi kurus. Sementara underweight, berat badan anak lebih rendah dari seharusnya berat badan pada usia yang diinjak,” jelasnya.

Ditemui setelah acara, Amilan Hatta Direktur Eksekutif LINKKAR mengungkapkan pentingnya dukungan, partisipasi, dan aksi dari berbagai elemen masyarakat, baik pemerintah, swasta, organisasi masyarakat, komunitas, dan individu untuk bergabung dalam upaya pencegahan stunting.

“Saat ini, angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia masih sebesar 27,67 persen,” sebut Milan.

Ia juga berharap agar pola kemitraan yang dibangun oleh BKKBN bersama organisasi masyarakat maupun lembaga perguruan tinggi seperti UNSA tetap berjalan di masa-masa yang akan datang. (KS/aly)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

iklan

Populer

More like this
Related

Pemda Sumbawa Pastikan Rencana Pembangunan Samota Sport Center Tetap Berlanjut

Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumbawa memastikan...

BPBD Sumbawa Gerak Cepat Tanggap Atasi Luapan Air Sungai

Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)...

Wabup Hj. Novi Ikuti Serangkaian Kegiatan Peringatan HUT Korpri ke-53

Sumbawa Besar Kabarsumbawa.com - , 29 November 2024 -...

Wabup Sumbawa Sosialisasikan Gemarikan di Uma Sima

Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com - Dalam upaya percepatan penurunan stunting,...