Sumbawa Besar, Kabar Sumbawa—Kerusakan hutan Gapit di Kecamatan Empang yang kondisinya semakin kritis, diduga disebabkan karena terjadinya pembiaran oleh pihak kehutanan sendiri. Jika sejak awal ada langkah antisipatif dari dinas terkait, kondisi hutan dapat dipastikan tidak mengalami kerusakan, seperti yang terjadi sekarang ini.
“Pihak kehutananlah yang sebenarnya sebagai dalang aksi ilegal loging yang terjadi di wilayah Gapit, karena terjadi pembiaran. Sehingga momen tersebut dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk mencuri kesempatan. Mereka digaji negara untuk mengamankan hutan, kenapa ada kejadian mereka tidak melakukan penindakkan,” ujar anggota DPRD Sumbawa dari Dapil I, Arahman Atta, SE kepada Kabar Sumbawa, Jum’at (11/11/2016).
Dikatakan, awalnya masyarakat setempat sangat patuh dan taat pada RT/RW dan pemerintahan desa untuk menjaga kelstarian hutan, namun pasca kejadian pembalakan liar itu, antara pelaku ilegal loging dengan aparat keamanan tidak berdaya, sehingga terjadi pembalakan yang dilakukan secara besar-besaran.
“Masyarakat merasa sepertinya tidak bersama dengan dinas/instansi lain dalam mengawasi dan menjaga hutan,” kata Adong sapaan akrab Arahman Atta.
Sebenarnya, kata Adong, Kesadaran masyarakat sudah tumbuh sejak proses tanam, pemeliharaan dan mengawasi hutan. Namun karena program hutan kemasyarakatan yang dinilainya gagal, dengan program ikutannya, kesannya peran masyarakat dalam melihat memelihara dan menjaga gagal. Masyarakat sudah berusaha maksimal mengamankan hutan, karena berharap sumber air bendungan tetap baik. Dengan kejadian ilegal loging itu kesannya sia-sia upaya yang dilakukan masyarakat.
Ditambahkan, kalau memang ada program untuk rehabilitasi hutan, masyarakat bersedia untuk ikut mendukung program tersebut, karena hutan merupakan cadangan dan penyangga bendungan Gapit.
“Saya kira di wilayah hutan manapun masyarakat sekitar hutan banyak melihat apa yang terjadi. Banyak yang datang dari luar yang melakukan eksploitasi hutan. Yang perlu ditekankan, kalau hanya dimanfaatkan di Sumbawa, puluhan tahun hutan Sumbawa tidak akan habis. Sehingga kondisi kerusakan hutan erat kaitannya dengan pembiaran yang dilakukan oleh pihak kehutanan sendiri,” tandasnya. (KS/001)