Pidato penutup (closing statement) dari tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati Sumbawa pada Debat Kandidat II di Kecamatan Alas, menjadi hal yang menarik untuk disimak. Closing statement ini dapat dikatakan sebagai kesimpulan dari tekad dan program masing-masing pasangan. Tentunya masyarakat dapat menilai pidato itu sebagai wujud dari komitmen calon pemimpin mereka untuk lima tahun mendatang.
Pasangan HUSNI MO dalam pidato penutupnya akan memberikan perhatian terhadap keberadaan Pulau Bungin, pulau terpadat di dunia yang dapat dijadikan wisata budaya dan bahari. Selain itu menjadikan Wisma Praja sebagai ikon budaya sehingga keberadaannya harus steril dari bangunan dan lingkungan yang kotor, di samping program-program unggulan lain yang dapat mewujudkan Sumbawa menjadi hebat dan bermartabat. Karena itu HUSNI MO berharap masyarakat sebagai sahabatnya dapat memberikan amanah kepada mereka untuk memimpin daerah ini pada masa lima tahun mendatang. Dalam kesempatan itu HUSNI MO memuji masyarakat telah dewasa dalam berpolitik ditandai dengan berlangsung debat dalam kondisi aman dan kondusif. Menurutnya ini sejarah baru dan berharap situasi seperti ini dapat berlangsung di masa-masa akan datang.
Sementara pasangan JIWA menginginkan Pilkada berjalan aman dan kondusif serta melahirkan pemimpin yang berkualitas. Ia berharap proses Pilkada ini tidak dinodai oleh hal-hal yang tidak terpuji. Karena itu JIWA ingin menang secara bermartabat. Ketika JIWA menang banyak masyarakat Sumbawa yang bersedih dan menangis. Namun demikian JIWA akan mengusung perubahan agar Sumbawa menjadi daerah yang unggul, inovatif dan religius.
Kemudian pasangan SAAT—JAYA, menyatakan komitmen untuk menjadi pemimpin yang melayani sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Sayyidul Qaum Khodimuhum”, pemimpin itu pelayan bagi kaumnya. SAAT JAYA akan berkhidmat sesuai dengan filosofi kepemimpinan Samawa, yaitu rakyat tu riwa, keluarga tu beme, adat tu sowan (rakyat kita layani dengan maksimal, keluarga kita bimbing dengan baik, dan adat kita junjung dan kita pelihara dengan baik). SAAT JAYA ingin menjadi pemimpin yang mengedepankan prinsip etik Tau Samawa, yaitu “to’ ke ila’.” To’ diri kurang sempurna, tapi “ila ya capa’ ling tau, ila ya sanonda rasa, ke ila diri no dadi boat.”
Dengan prinsip dan etika ke-samawaan itu, SAAT JAYA akan senantiasa terbuka terhadap setiap masukan yang jernih dan bijaksana dari seluruh masyarakat, karena baginya tidak ada orang yang sempurna. Kalau ada pemimpin yang menganggap diri sempurna, itu pertanda pemimpin yang tidak tahu diri. “Kami akan membuktikan bahwa kami adalah pemimpin yang pantas karena kami tidak ingin “direndahkan” oleh karena tutur kata kami yang tidak sopan dan tindak-tanduk kami yang bertentangan dengan adat rapang tau ke tana’ Samawa,” tukasnya.
Kepada seluruh masyarakat Sumbawa, SAAT JAYA meminta untuk menyambut pesta demokrasi ini dengan menjunjung tinggi sportifitas, taat azas dan menjaga kondusifitas daerah. Untuk itu, diharapkan dapat saling menghargai, menjauhi fitnah agar terwujud Sumbawa yang senap semu riam remo nyaman nyawe mura era.