Sumbawa Besar, KABARSUMBAWA.COM—Kepolisian Resort (Polres) Sumbawa, sejak dua hari yang lalu melakukan latihan gladi kotor dan gladi resik, kemudian melakukan simulasi pengamanan proses pemilihan umum sejak masa kampanye, masa tenang, pemungutan suara hingga pengumuman pemenang pemilu, Sabtu (08/03/2014).
Simulasi pengamanan tersebut dipusatkan di sekitar jalan Garuda yang bertepatan dengan kantor KPU Sumbawa, Sekretariat Partai Golkar dan Kampus Akademi Kepawatan Samawa.
Kapolres Sumbawa kepada wartawan, menerangkan, dalam simulasi ini selalu melibatkan provost. Kekuatan personel yang dikerahkan sesuai dengan fakta yang ada untuk semua pengamanan sebanyak 420 Brimob, di luar Brimob 160, Sabhara 180. Untuk pengamanan unjuk rasa, kepolisian Sabhara, Brimob, Satlantas dan Reskrim.
“Diharapkan ada suatu pemahaman yang sama antara aparat dan masyarakat, kita mengamankan pemilu sesuai dengan norma yang ada,” tegas Kapolres.
Ia mengakui bahwa Sumbawa relatif aman menjelang pemilu. Karena situasi sosial masyarakat berbeda dengan daerah lain di NTB. Masyarakat Sumbawa dinilai sangat komunikatif dan bisa menjaga kondusifitas.
Simulasi pemilihan umum tersebut diawali dengan praktek penanganan kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan hilangnya nyawa salah seorang korban. Dalam penanganannya, jajaran Sat Lantas Polres Sumbawa secara cekatan dan gerak cepat melakukan olat tempat kejadian perkara dibantu oleh tim medis untuk menangani korban meninggal dan korban hidup untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Usai praktek penanganan laka lantas, dilanjutkan dengan proses pengamanan kampanye caleg maupun capres. Kali ini diilustrasikan bahwa ketika caleg atau capres berorasi diganggu oleh kelompok masyarakat lawan politiknya sehingga terjadi kerusuhan antar simpatisan atau pendukung. Polisi yang berada dan mengawal caleg atau capres dengan sigap mengamankan caleg atau capres agar terhindar dari amuk massa.
Berikutnya diilustrasikan ketika memasuki masa tenang, salah seorang caleg mempraktikan money politik. Anggota Sat Intelkam Polres Sumbawa yang mengetahui praktek tersebut menghubungi Panwaslu yang dikawal oleh anggota Sabhara untuk mendatangi kediaman caleg yang melakukan money politik. Di rumah tersebut, Panwaslu bersama polisi mengamankan dan menahan caleg tersebut. Kendati mendapatkan perlawanan dan simpatisannya, namun Panwaslu bersama polisi berhasil membawa dan menahan caleg tersebut.
Adegan selanjutnya, mengilustrasikan proses pencoblosan atau pemungutan suara di TPS. Di TPS terkait, terdapat anggota masyarakat yang tidak mengantongi undangan atau identitas diri lainnya seperti KTP untuk menggunakan haknya. Tapi petugas KPPS tidak mengijikannya untuk melakukan pencoblosan. Karena masyarakat tersebut bersihkeras dengan petugas dan ngotot untuk mencoblos. Akhirnya masyarakat lain terpancing emosinya untuk melakukan tindakan anarkis. Polisi yang berada di TPS segera menghubungi piket Polres setempat untuk membantu pengamanan TPS bersama petugas keamanan TPS. Masyarakat yang sempat ngamuk di TPS juga diamankan ke Polres atau Polsek terdekat. Proses pencoblosan pun kembali berlangsung secara normal.
Adegan puncak dan menguras energi yakni simulasi penanganan pengamanan unjuk rasa atau demonstrasi dalam pelaksanaan pemilu. Di mana masyarakat yang tidak puas dengan kinerja KPU mempertanyakan kualitas kinerja KPU. Massa cukup beringas dan menuding KPU telah melakukan penyimpangan. Melihat situasi mengarah pada tindakan anarkis, akhirnya Dalmas awal Polres Sumbawa membuat barikade agar massa tidak merangsek masuk ke kantor KPU.
Namun massa bukannya surut, tapi malah memperlihatkan keganasannya. Dalmas awal yang merasa kurang kuat, akhirnya mendapat bantuan dari Dalmas lanjutan yang hanya bertameng. Kali ini massa terpancing emosinya dan lebih ganas dari sebelumnya. Bahkan terjadi pelemparan batu ke arah Dalmas dan menyebabkan salah seorang anggota Dalmas mengalami pecah di bagian kaca helm pengamannya.
Merasa kekuatan Dalmas dengan cara seperti ini tidak mampu meredakan massa. Akhirnya negosiator Dalmas mengumandangkan Asmaul Husna melalui pengeras suara. Massa pun menghormati dan memilih untuk duduk di depan pasukan Dalmas yang diikuti oleh pasukan Dalmas. Sayangnya, ketika Asmaul Husna selesai dikumandangkan, aksi massa kembali meningkat menyebabkan pasukan Dalmas tidak kuasa lagi menahan gempuran.
Melihat gempuran massa semakin keras, Dalmas lanjutan meminta bantuan kekuatan dari Pasukan anti huru hara (PHH) Brimob yang telah bersiap. Dengan gagah dan langkah gegap gempita, PHH Brimob yang bertameng dan bersenjata tongkat serta pelontar gas air mata merangsek ke depan membubarkan massa. Aksi saling dorong dan saling lempar kemudian berlanjut. Massa seolah tidak memperdulikan adanya PHH Brimob.
Sehingga satu unit mobil water cannon terpaksa dikerahkan untuk mengurai kekuatan massa. Lagi-lagi massa aksi malah mencoba menaiki mobil water cannon.
Melihat situasi chaos tak kunjung reda, akhirnya tim sapu bersih dari pasukan Brimob didatangkan untuk memukul mundur massa. Pasukan yang bersenjata serbu (SS-1) sembari berkendara sepeda motor jenis trail memperingatkan massa aksi supaya mundur dan membubarkan diri. Karena massa aksi malah melawan dengan melempar bom molotov ke arah pasukan Brimob, akhirnya diperingati dengan himbauan agar bubar sebanyak tiga kali. Tapi tetap saja massa tidak menggubrisnya. Kemudian diperingatkan kembali menggunakan tembakan ke arah atas sebanyak tiga kali, masih saja massa tidak mempedulikannya. Akhirnya pasukan Brimob mengarahkan tembakan lurus ke arah massa. Dor..dor…dor..suara tembakan dan peluru melesat dari laras senjata SS-1 ke arah kerumunan massa aksi. Satu orang pun tergeletak bersimbah darah. Tidak sampai di situ, pasukan Brimob kemudian melakukan penyisiran sembari memukul mundur massa aksi.
Merasa sudah steril, akhirnya di sekitar KPU Sumbawa dipasangi kawat bearer sepanjang sekitar 20 meter. Hal itu dilakukan agar tidak ada lagi upaya massa tertentu untuk masuk dan merusak KPU Sumbawa. Sementara jenazah korban diamankan oleh unit medis, dan anggota Reskrim Polres Sumbawa melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Agedan terakhir ini menandakan berakhirnya rangkaian simulasi yang secara langsung disaksikan Kapolda NTB, Brigjen Pol. Moechgiyarto. (kkk)