Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menguatkan edukasi perilaku antikorupsi melalui ajang Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) yang merupakan bagian dari salah satu strategi pendidikan untuk memberantas korupsi melalui seni.
Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Direktorat Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Medio Venda mengajak sineas Tanah Air menularkan nilai antikorupsi dalam bentuk audio visual melalui gerakan kampanye film Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) yang digelar tiap tahunnya.
Hal itu disampaikannya saat mengisi acara talk show Movie Day sebagai salah satu rangkaian ACFFEST 2024 Satu Dekade Berantas Korupsi Lewat Seni di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) Sabtu malam (13/7/2024).
Kegiatan ini menghadirkan pembicara antara lain Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Direktorat Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Medio Venda, Makbul Mubarak Sutradara Film, dan Reni Suci Finalis ACFFEST 2020 sineas muda dari Sumbawa.
Acara yang digelar di Studio Kronik Sumbawa Cinema Society (SCS) ini dihadiri pelajar, mahasiswa, pemerintah daerah, komunitas film, hingga masyarakat umum.
“Film itu media pembelajaran tanpa menggurui. Untuk itu, melalui ACFFEST yang sudah berjalan 10 tahun ini, kami ingin menularkan budaya baik terkait antikorupsi pada masyarakat sehingga kita butuh bantuan pada sineas nasional maupun lokal untuk yuk sama-sama berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi melalui penyebaran nilai-nilai baik lewat film,” kata Medio.
Ia mengatakan pemberantasan korupsi merupakan serangkaian tindakan untuk mencegah dan menanggulangi perilaku tersebut.
“Melalui ACFFEST, poinnya adalah peran serta masyarakat. Strategi KPK ada tiga, yakni pendidikan, pencegahan dan penindakan. Ini strategi pendidikan, berantas korupsi lewat seni khususnya film,” ujar Medio.
Menurut dia, pertumbuhan perfilman di daerah khususnya Sumbawa cukup signifikan, dan langkah itu harus terus didorong.
“Melalui kompetisi ini, kita tidak berharap tema yang diangkat hanya budaya antikorupsi saja tapi ajang ini juga bisa digunakan untuk memperkenalkan kembali budaya Sumbawa agar tidak hanya Kuda liar yang dikenal. Tapi ada hal lainnya juga agar lebih dikenal masyarakat luas sehingga bisa dinikmati oleh pecinta film seluruh Indonesia,” tuturnya.
Untuk itu, KPK ingin mengajak lebih banyak sineas lokal di Sumbawa maupun seluruh lapisan masyarakat untuk turut berpartisipasi menyebarkan nilai-nilai antikorupsi lewat karya film di ajang ACFFEST 2024.
“Kalau tidak punya pengalaman membuat film, jangan khawatir, kita akan bantu membuatkan. Teman-teman tinggal submission karya seperti ide cerita ke kita. Kalau nanti karyanya ternyata terpilih, akan kita berikan mentoring dan kita danai pembuatan filmnya,” katanya.
Diketahui pada ajang ACFFEST kali ini, terdapat kategori kompetisi nasional yang memperlombakan produksi proposal ide cerita, film pendek fiksi, proposal ide cerita gratifikasi untuk media sosial, film pendek fiksi animasi, hingga re-match produksi proposal ide cerita dari finalis ACFFEST tiga tahun terakhir.
Dalam peringatan satu dekade ACFFEST yang kali ini digelar di Kabupaten Sumbawa, Medio menjelaskan bahwa dalam film yang diputar pada ACFFEST tersebut bertujuan untuk memunculkan keinginan masyarakat agar tidak melakukan tindakan korupsi.
Menurut dia, upaya untuk memunculkan kesadaran masyarakat tersebut merupakan strategi yang berbeda dibandingkan dengan langkah pencegahan yang menutup peluang untuk memunculkan perilaku korupsi.
“Film-film itu menyentuh. Dengan pendidikan, orang itu tidak ingin korupsi, tujuannya ke sana. Itu berbeda dengan pencegahan yang menutup peluang untuk korupsi,” katanya.
la mengatakan penguatan edukasi untuk mencegah perilaku korupsi tersebut lebih menyasar ke pribadi masing-masing orang.
Sekda Sumbawa, Budi Prasetyo dalam sambutannya menyampaikan dukungan bagi sineas muda Sumbawa untuk terus memproduksi film yang bermutu.
“Kami terus mendukung. Saya pikir ini membangun budaya dan memberi ide bagi generasi muda untuk terus bergerak. Bagaimana sebenarnya isu anti korupsi tidak hanya berbicara tentang praktek-praktek penyalahgunaan kekuasaan tetapi juga hal lain. Kita berharap dengan satu dekade ACFFEST ini menjadi momentum bagi semua talenta muda Sumbawa untuk kita berikan ruang supaya lebih giat lagi untuk mengikuti berbagai program yang digelar KPK,” kata Budi.
Upaya Pemda dalam hal ini harus lebih masif lagi. “Kita harus punya forum yang lebih serius dan konkrit. Insya Allah secepatnya kita akan mengumpulkan semua sineas muda untuk membawa begitu banyak potensi yang dimiliki Sumbawa terutama bagaimana kita membangun ide dasar skenario filmnya karena semua urusan pemerintahan itu ada pada semua SKPD, tentu semua memiliki potensi untuk dijadikan film yang memiliki nilai moral bisa dan menjadi solusi terhadap pendidikan anti korupsi kedepan,” ujarnya.
Poin pentingnya adalah tidak semua dilakukan untuk sendiri artinya harus ada kolaborasi lintas sektor mulai kebudayaan, pendidikan, pemuda dan pengawasan dalam pemerintahan menjadi tim terpadu yang harus kita dukung untuk kemajuan perfilman Sumbawa. (KS)