Selasa, Juli 15, 2025

LMND Soroti Persoalan Banjir di Sumbawa

Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Sumbawa menyoroti bencana banjir yang kerap terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Sumbawa. Terbaru, banjir menerjang dua kecamatan yakni Kecamatan Empang dan Tarano, Sabtu (25/02/2023) kemarin.

Muhammad Fadillah Ketua LMND Sumbawa dalam rilis tertulis yang diterima media ini, Minggu (26/02/2023) malam mengatakan, haknya melihat banjir seperti “program” tahunan selalu ada di setiap tahunnya.

Menurutnya, bancana banjir ini sangat erat kaitannya dengan kondisi hutan yang telah rusak. Selain illegal logging, penanaman jagung yang tidak dibatasi hingga merabah hutan juga menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Menurutnya, sejak tahun 2019 Kementerian Pertanian melalui pemerintah Nusa Tenggara Barat menargetkan wilayah Kabupaten Sumbawa melakukan panen raya jagung dengan kapital 1 Juta ton.

LMND menilai program ini adalah salah satu bentuk upaya untuk ilegal Logging karena tidak dibersamai dengan penyuluhan atas perlindungan hutan, Masyarakat tidak bisa disalahkan atas penebangan hutan yang terjadi.

Lanjutnya, Pemerintah dengan program 1 Juta ton jagung hanya mementingkan hasil bukan dampak daripada program tersebut. Memang diakui, secara ekonomi indeks ekonomi petani jagung memang meningkat dibandingkan yang lain. Akan tetapi, dampak lingkungan akibat dari penanam jagung yang sangat banyak ini adalah salah satunya kerusakan hutan dan juga banjir bandang karena tidak adanya reboisasi hutan kembali. Bukan hanya petani terkena bencana akan tetapi semua masyarakat yang ada di wilayah tersebut.

“Ketika terjadi bencana alam yang tidak diinginkan, pemerintah seperti lepas tangan dengan program yang telah diberikan, seharusnya pemerintah hadir ditengah masyarakat untuk selalu memberikan sosialisasi tentang pentingnya hutan bagi keberlangsungan ekosistem kehidupan. Seperti per kepala keluarga hanya diperbolehkan membuka lahan baru sekitar 2 Hektar,” tegasnya.

Lanjutnya, sejak tahun 2019 hingga 2023 ini kerap kali ketika datang Musim penghujan, maka pasti masyarakat sekitar wilayah zona tanam ditakutkan dengan kedatangan bencana banjir, karena hutan wilayah mereka sudah habis untuk digunakan sebagai lahan pertanian.

“Masih banyak komuditi lainnya yang tidak merusak dan justru bisa memperbaiki keadaan ekosistem yang telah rusak ini. Petani harus bisa cermat dan cemerlang dalam menanam sehingga bencana alamnyang kerap datang tidak terjadi lagi dan tidak menjadi program tahunan lagi,” pungkasnya. (KS)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -iklan

Most Popular

Recent Comments