Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Musim kemarau yang berlangsung di Sumbawa tidak hanya berdampak terhadap lahan pertanian. Tetapi juga bagi kebutuhan air bersih warga. Air sumur warga mulai menipis, bahkan ada yang sudah mengering. Seperti halnya yang terjadi di Dusun Hijrah 1 A, Desa Hijrah, Kecamatan Lape.
Kamaryansyah, Kepala Dusun Hijrah 1 A ditemui belum lama ini di rumahnya mengatakan, puncak krisis aib bersih di Desa Hijrah biasanya terjadi pada akhir bulan Oktober hinngga bulan November, sabab pada waktu tersebut sebagian besar sumur warga mulai mongering.
“Memang kendala air bersih kita yang susah di sini. Memang kita sangat riskan air bersih,” katanya.
Menurutnya, saat ini masih terdapat beberapa sumur warga yang memiliki air. Namun debitnya sudah berkurang, dan tidak mencukupi. Lebih parahnya sudah ada sumur warga yang kering, salah satunya sumur miliknya yang kehabisan air sejak Agustus lalu. Untuk mendapatkan air, masyarakat harus antri. Bahkan ada juga yang mengangkut air di lokasi sawah yang jaraknya cukup jauh.
“Masih ada beberapa sumur yang ada airnya, cuma sedikit. Antri untuk mendapatkan air. Kalau yang tidak ada sama sekali biasanya ke sawah mengambil air membawa jeriken,” terangnya.
Diakuinya, memang kondisi saat ini masyarakat bisa mencukupi untuk sekedar air minum. Namun untuk keperluan mandi dan mancuci sangat diperlukan. Karena dusun setempat juga sangat jauh dari sungai. “Ada sekitar 8 sumur yang ada airnya, tapi sedikit. Kalau untuk sekedar air minum tidak sampai habis. Kalau air untuk mandi dan mancuci agak sulit,” akunya.
ada sekitar 8 sumur yang ada air sedikit. tidak sampai habis. Kalau air untuk mandi dan mencuci agak sulit.
Meskipun demikian, memasuki pertengahan atau akhir Oktober biasanya air sumur warga mulai habis. Sehingga salah satu alternative harus menempuh jarak sekitar satu kilometer ke lokasi sawah. “Kalau sumur yang memiliki mata air, bisasanya pertengah atau akhir Oktober airnya habis. Orang pun langsung pergi ke sawah angkut air,” paparnya.
Di wilayah setempat, juga ada satu sumur milik warga yang debit airnya cukup besar. Harapannya nantinya bisa disambung ke bak penampung WSLIC yang sudah lama tidak dimanfaatkan. Selain itu juga ada sumber air di gunung Labaong, yang dulunya kerap dijadikan tempat mencuci batu (penambang emas). Jaraknya sekitar 300 meter ke bak penampung. Harapannya tim kabupaten dapat turun melakukan pengkajian terhadap sumber air tersebut. Supaya ada solusi jangka panjang terhadap kebutuhan air masyarakat setempat. Karena bantuan yang diberikan selama ini diakuinya belum terlalu maksimal.
Sedangkan
mengakui, di wilayahnya rutin kekurangan air bersih. Saat ini kondisi air sumur warga belum terlalu menipis. Namun memasuki bulan Oktober dan November masyarakat sangat kekurangan air bersih. Terkadang untuk mendapatkan air, warga harus antri mengangkut air di salah satu sumur. Itupun tidak bisa mencukupi. Kedepannya diharapkan ada bantuan sumur bor dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan air bersih. “Airnya saat ini belum terlalu kurang. Tetapi memasuki bulan 10 dan 11 sudah sangat kurang. Masyarakat Harus antri angkut air di sumur. Itupun tidak bisa mencukupi,” sebutnya. (KS/aly)