Sumbawa Besar, Kabar Sumbawa – Kegiata adat Marantok 1001 Deneng di Kecamatan Maronge, merupakan ajang untuk membangkitkan kembali kebiasaan masyarakat Maronge dan Sumbawa Umumnya. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari Festival Pesona Moyo 2017 di Kecamatan Maronge, Sening (02/10).
Camat Maronge, Lukmanuddin, S.Sos., mengatakan, prakarsa pelestarian diinisiasi oleh kelompok sanggar seni senda Samawa kecamatan maronge. “Tahun lalu menyampaikan harapan kepada kami untuk dapat memfasilitasi keinginan besar masyarakat, yang waktu itu baru seminggu saya menjabat sebagai camat Maronge. Kami ditawarkan untuk menggali potesi budaya yang pernah ada, dan tetap lestari dalam kehidupan masyarakat,” katanya.
Seperti gayung bersambut antara keinginan masyarakat, melalui sanggar seni difasilitasi penyelenggaraan dengan anggaran seadanya. “Semangatnya untuk membangkitkan kembali memanfaatkan waktu-waktu senggangnya pada saat ba`da ashar membuat hiburan sendiri dengan melantunkan syair lawas nuja,” jelasnya.
Diungkapkan, Rantok dan deneng adalah dua alat yang digunakan masyarakat tempo dulu untuk mengolah padi menjadi beras. Namun dalam fungsi yang lebih luas, rantok dan deneng tidak jarang digunakan untuk menyemarakkan suasana pada penyambutan tamu-tamu kehormatan, dibarengi syair-syair lawas. Juga digunakan untuk memberi tanda gangguan keamanan dan bencana.
Pelaksanaan marantokmn dan nuja (menumbuk) zaman dulu, mengandung nilai kebersamaan atau nilai gotong royong dalam masyarakat. Antara keluarga atau antar tentangga dengan tetangga yang lain. Sehingga, adat saling tolong menolong, saling membalas bantuan (adat basiru) juga sebagai wadah silaturrajhim.
Kegiatan marantok, tidak serta merta terjadi tanpa didukung kegiatan lain, seperti bagorek, raboat, ngasak atau nanam ramai, biso tian pade, samole daeng mata ramai, nuja ramai. Maka dalam sajian dari berbagai kegiatan, tiga kegiatan utama yang merupakan kegiatan yang disakralkan di kecamatan maronge yaitu bagorek (turin tawir), adalah peristiwa adat yang dilakukan kelompok tani tempo dulu sebagai ihtiar dan doa yang dimohonkan pada yang maha kuasa, agar hasil pertanian melimpah, terhindar dari musibah gagal penen.
Wujud lain dari ikhtiar bagorek, seperti perbaikan saluran, perbaikan pagar, pembersihan pematang dan lain-lain. Kegiatan tersebut juga dilakukan secara beramai-ramai, yang dihadiri oleh ketua adat dan ulama.
Sedangkan Samole Daeng, merupakan kegiatan adat pengembalian tikus pada habitatnya. Daeng adalah sebutan halus tikus. “Mudah-mudahan festival rantok 1001 ndeneng ini dapat memperkuat pelestarian hasanah budaya samawa , sehingga tgenerasi sekarang dan yang aklan datang mengenalinya . kemudian semoga kegiatan ini menjadi daya tarik p[ara wisatawan baik domestik maupun mancanegaera untuk berkunjung ke Tana Samawa,” katanya. (ks/adm)