Sumbawa, Kabar Sumbawa – Pemerintah Kabupaten Sumbawa melaksanakan do’a dan dzikir bersama di Masjid Agung Nurul Huda pada sabtu 1 oktober 2016. Kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharram 1438 Hijriyah.
Wakil Bupati Sumbawa Drs. H. Mahmud Abdullah dal;am sambutan nya menjelaskan Kegiatan ini dirangkaikan dengan Festival Malala (meramu minyak Sumbawa) yang diikuti oleh puluhan tabib (sandro) dari 24 Kecamatan yang ada di kabupaten Sumbawa.
Selain itu Haji MO – sapaan akrab wakil bupati Sumbawa, juga mengajak seluruh umat muslim memanfaatkan momentum Tahun Baru ini untuk mengintrospeksi diri dan transformasi ke arah kondisi yang lebih baik. ‘’Pergantian tahun ini merupakan momentum untuk meneladani konsep hijrah Rasulullah SAW yang bukan hanya sebagai perpindahan dari Mekkah ke Madinah, namun lebih dari itu adalah makna mentranformasi diri ke arah yang lebih bermakna dan bermanfaat baik bagi diri sendiri, keluarga maupun masyarakat dibandingkan tahun sebelumnya.
Dikatakan H MO, Yang perlu disadari bahwa sebagai umat Islam memiliki kesepakatan akidah, syariat dan tujuan yang sama. Apapun perbedaan yang terjadi antara umat Islam, selama itu hanya berkisar tentang “kulit luar” saja tidaklah perlu dijadikan alasan untuk berpecah-belah. Karena untuk diketahui, sesungguhnya perbedaan telah terjadi jauh ketika masa Rasulullah dan para salafusshalih. Perbedaan pendapat tak mencegah mereka untuk tetap menjadi saudara seiman yang tetap rukun dan saling membantu.
Hal itu sejalan dengan tema Peringatan Tahun Baru Hijriyah kali ini, yaitu “Dengan Semangat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1438 Hijriyah, Kita Tingkatkan Kepedulian Sosial Antar Sesama Menuju Sumbawa yang Hebat Dan Bermartabat”. Makna yang terkandung dalam tema ini antara lain adalah agar senantiasa sebagai Tau Samawa memegang teguh falsafah Taket Ko Nene Kangila Boat Lenge Ma Bau Tu Dapat Kerik Salamat, juga mengandung pesan religi kepada semua agar Na Bilin Ibadat, Arap Kasuka Ke Tunas Kareda Kewa Peliara Marwah Ke Martabat Tau Ke Tana Samawa. ‘’Itulah sesungguhnya esensi daripada hijrah menuju peningkatan kualitas ke-islaman yang rahmatan lil alamin.
Dengan demikian, memperingati tahun baru hijriyah juga berarti kilas balik perjalanan kehidupan dalam satu tahun ke belakang serta memahami sekaligus menerapkan filosofi hijrah sebagai sebuah titik tolak peningkatan kualitas diri baik lahiriah maupun bathiniah,’’ tuturnya.
Terkait Festival Malala, Wabup Sumbawa menyatakan, ada empat pesan yang tersirat dalam tradisi tersebut. Pertama, pelestarian lingkungan hidup, di mana bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan minyak tidak lepas dari ketersediaan akar kayu ataupun kulit kayu serta buahnya. Hal agar tumbuhan yang bermanfaat tersebut harus terus dilestarikan dan dikembangkan. Yang penting juga agar manusia tidak melakukan penebangan kayu secara liar atau ilegal logging, dan itu harus dilawan, karena dampak ilegal loging sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Kedua, dalam hal kesehatan.
Dengan segala kemampuan dan ikhtiarNya, mampu membuat berbagai macam ramuan minyak Sumbawa dengan berbagai macam khasiat. Ketiga, di sisi ekonomi. Keberadaan minyak Sumbawa membawa dampak yang cukup baik bagi ekonomi masyarakat. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk proses pembuatannya selain akar-akaranya, juga buah kelapa dan madu. Dan keempat, dari sisi sosialnya. Khasanah budaya yang sudah diletakan oleh orang-orang tua terdahulu terus dipelihara dan menjadi bagian dalam interaksi sosial yang memperkuat jati diri dan kebanggaan sebagai Tau Samawa.
‘’Melalui kegiatan parade prosesi malala ini akan menarik minat generasi muda untuk lebih jauh mengenal dan melestarikan khasanah budaya masyarakat Sumbawa, demikian pula dengan simbol-simbol ke-Sumbawaan seperti Istana Dalam Loka dan Masjid Agung yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sumbawa yang religius,’’ demikian Wabup. (adm)