Minggu, Februari 16, 2025

Butiran Rindu

Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Sabtu (28 Oktober 2023)

Oleh: Laila Fiqro

“Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan”, lantas bagaimanakah butiran rindu itu hadir dari sebuah perpisahan?

Hari itu waktu berjalan seperti biasanya, aku menjalani keseharianku sebagai mahasiswi di sebuah kampus swasta di daerahku. Saat libur kuliah aku biasa membantu ibuku berjualan di sebuah terminal bus di tempat tinggalku. Selama aku membantu ibu berjualan, wawasan terkait jual beliku semakin terlatih. Aku mulai mahir berjualan sekaligus bisa meringankan beban pekerjaan dari orang tuaku.

Di siang hari aku biasa melaksanakan ibadah shalat dzuhur di rumah sambil beristirahat melepas lelahku karena seharian disibukkan dengan berjualan di terminal. Setelah usai beristirahat, jarum jam menunjukkan waktu ibadah shalat asar segera tiba. Pada saat itulah aku seketika tersentak, aku mendengar suara lantunan tarkhim yang begitu merdu dan bahkan belum pernah kudengar sebelumnya. Spontan aku melepas handphone yang kugenggam ditanganku saat itu dan fokus mendengarkan suara tarkhim dari pemuda yang entah siapa dan dari mana asalnya itu. Setelah tarkhim, pemuda itu langsung mengumandangkan adzan yang lagi-lagi membuatku terhanyut oleh suara merdu yang dilantunkan olehnya. Akupun segera mengambil wudhu dan melaksnakan ibadah shalat seperti biasanya.

Sore berganti malam, rasa penasaranku terhadap pemuda itu telah memenuhi pikiranku. Aku pun seketika mengingat bahwa sebelum itu, teman kecilku yang sedang menempuh Pendidikan kuliah di sebuah pondok pesantren di daerah Jawa akan mengadakan program bakti sosial di daerah tempat tinggalku dalam rangka liburan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw.. Yang benar saja, ternyata pemuda itu adalah salah satu dari santri yang mengikuti program baksos tersebut.

Sejak saat itu, tiap memasuki waktu shalat, pemuda itulah yang bertugas mengumandangkan lantunan tarkhim dan adzan yang mampu menyejukkan hati setiap telinga yang mendengarkannya. Saat itulah aku mengakui bahwa hatiku diam-diam telah mengagumi santri yang bahkan belum kutahu rupa dan wujudnya itu. Hingga suatu waktu, aku berpapasan dengan pemuda itu di jalan. Setelah melihatnya rasa kagumku semakin menggebu-gebu. Bagaimana tidak, di dalam dirinya aku melihat sosok pemuda yang telah lama aku idam-idamkan dan kunantikan kehadirannya di dalam hidupku. Raut wajahnya yang begitu polos dan penuh santun membuat keputusanku tak salah karena telah mengaguminya.

Hari-hari terus berlalu, pemuda itu dan rekan-rekannya rutin menjalankan program baksos yang telah dirancang sebelumnya. Mereka membagikan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya kepada masyarakat di desaku. Rasanya lingkungan dan masjid di desaku terasa lebih hidup dan berwarna dengan kehadiran para santri ini. Hingga tidak terasa waktu terus berjalan, masa pelaksanaan program baksos akan segera berakhir. Kekhawatiran di dalam benakku semakin menjadi-jadi. Aku yang sudah terbiasa dengan kehadiran para santri di desa telah abai bahwa kenyataannya mereka hanya sekedar datang bertamu dan pasti akan beranjak pergi kembali ke pondok pesantren untuk menuntut ilmu.

Akhirnya, setelah kepergian para santri, butir-butir kerinduan di dalam benakku ini barulah mulai terasa. Ilmu dan pengalaman yang telah diberikan akan selalu tersimpan dan dikenang sebagai memori terindah yang pernah ada walau hanya doa yang bisa kupanjatkan khususnya kepada seorang muadzin yang telah mencuri hati dan perhatianku itu.

Data Penulis:
Laila Fiqro, Mahasiswa Semester 5 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Samawa (UNSA) Sumbawa Besar.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -

Most Popular