Sumbawa Barat, Kabarsumbawa.com – Warga Desa Seloto, Kecamatan Taliwang kembali mengkonsolidasikan gerakan aksi penolakan tambang Jorok Liang jilid II. Aksi penolakan ini kembali bergulir, lantaran hingga kini area tambang yang berdiri dilahan belasan hektar itu, belum juga ditutup oleh pihak berwajib.
“Sedang kita konsolidasikan. Warga mendesak agar ditutup, tapi ternyata belum juga ditutup, karena hingga kini masih belum ada police line-nya,” ujar inisiator gerakan selamatkan Lebo, Hendra Gunawan, Rabu (30/6).
Pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua BPD Desa Seloto itu menilai, sejauh ini tidak ada upaya serius yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam menutup tambang tersebut. Padahal, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB telah mengeluarkan surat penghentian pertanggal 15 Juni 2021, berdasarkan hasil verifikasi dan identifikasi lapangan dugaan kerusakan lingkungan.
“Inilah yang kita sayangkan. Padahal aktifitas ini jelas jelas berdampak buruk pada kelangsungan ekosistem Danau Lebo di masa mendatang, termasuk juga pada sektor pertanian dan peternakan. Lihat saja, dampak buruk yang terjadi berupa longsoran lumpur, padahal tambang ini belum lama dibuka,” tutur Hendra.
Senada dengan Hendra, Adeni Muhadi Saputra juga meminta pihak berwajib agar segera mengambil langkah tegas menutup aktifitas tambang tersebut. Ia membeberkan, dampak nyata kerusakan lingkungan sudah di depan mata. Oleh karenanya, aktifitas tambang dengan metode perendaman itu tidak bisa ditolerir lagi.
“Tidak ada penutupan secara resmi, sama juga dengan tidak menghargai aspirasi masyarakat Seloto. Oleh karena itu, kami akan mengambil langkah selanjutnya. Tentunya dengan kembali menggelar aksi besar besaran,” tegas pria yang telah lama berkecimpung pada bidang geologi itu.
Seperti diketahui, gelombang protes penolakan tambang di Jorok Liang Seloto terus terjadi. Penolakan tersebut memuncak, saat ratusan warga menggelar aksi penolakan di Kantor Desa Seloto pada Kamis (10/6). Dalam aksi, warga mendesak agar penambangan dengan metode perendaman itu segera ditutup. (KS)
Warga Seloto Siapkan Aksi Lanjutan Tolak Tambang Jorok Liang
Sumbawa Barat, Kabarsumbawa.com – Warga Desa Seloto, Kecamatan Taliwang kembali mengkonsolidasikan gerakan aksi penolakan tambang Jorok Liang jilid II. Aksi penolakan ini kembali bergulir, lantaran hingga kini area tambang yang berdiri dilahan belasan hektar itu, belum juga ditutup oleh pihak berwajib.
“Sedang kita konsolidasikan. Warga mendesak agar ditutup, tapi ternyata belum juga ditutup, karena hingga kini masih belum ada police line-nya,” ujar inisiator gerakan selamatkan Lebo, Hendra Gunawan, Rabu (30/6).
Pria yang saat ini menjabat sebagai Ketua BPD Desa Seloto itu menilai, sejauh ini tidak ada upaya serius yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam menutup tambang tersebut. Padahal, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB telah mengeluarkan surat penghentian pertanggal 15 Juni 2021, berdasarkan hasil verifikasi dan identifikasi lapangan dugaan kerusakan lingkungan.
“Inilah yang kita sayangkan. Padahal aktifitas ini jelas jelas berdampak buruk pada kelangsungan ekosistem Danau Lebo di masa mendatang, termasuk juga pada sektor pertanian dan peternakan. Lihat saja, dampak buruk yang terjadi berupa longsoran lumpur, padahal tambang ini belum lama dibuka,” tutur Hendra.
Senada dengan Hendra, Adeni Muhadi Saputra juga meminta pihak berwajib agar segera mengambil langkah tegas menutup aktifitas tambang tersebut. Ia membeberkan, dampak nyata kerusakan lingkungan sudah di depan mata. Oleh karenanya, aktifitas tambang dengan metode perendaman itu tidak bisa ditolerir lagi.
“Tidak ada penutupan secara resmi, sama juga dengan tidak menghargai aspirasi masyarakat Seloto. Oleh karena itu, kami akan mengambil langkah selanjutnya. Tentunya dengan kembali menggelar aksi besar besaran,” tegas pria yang telah lama berkecimpung pada bidang geologi itu.
Seperti diketahui, gelombang protes penolakan tambang di Jorok Liang Seloto terus terjadi. Penolakan tersebut memuncak, saat ratusan warga menggelar aksi penolakan di Kantor Desa Seloto pada Kamis (10/6). Dalam aksi, warga mendesak agar penambangan dengan metode perendaman itu segera ditutup. (KS)