Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Warga Etnis Bima Dompu yang ada di Kabupaten Sumbawa jatuh hati dengan program 15 program yang diusung Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sumbawa Jarot-Mokhlis untuk membangun Sumbawa Maju.
“Kami tidak mengenal Jarot atau Mokhlis secara pribadi tetapi kami mengenal dua sosok ini melalui programnya, kekuatan, pertemanan dan pengalamannya dalam menjadi pemimpin. Jarot pemimpin perusahaan besar cukup lama dan Mokhlis senior birokrasi,” ungkap satu tokoh adat etnis Bima Dompu yang ada di Sumbawa, Husein Ibrahim, akhir pekan (15/11) lalu.
Menurutnya, sebelumnya etnis ini belum menentukan dukungan kepada calon manapun. Dengan sejumlah program yang diusung oleh pasangan nomor urut 5, maka etnis bima dompu di Sumbawa, memilih untuk mengusung pasangan tersebut.
“Kami tidak pernah mendukung Paslon yang dikatakan itu. Kami memilih bukan karena etnis tetapi bagaimana pemimpin nantinya dapat membawa Sumbawa lebih maju,” ujar Husein.
Ia menjelaskan, bahwa masyarakat Sumbawa secara umum memang butuh perubahan untuk Sumbawa maju karena masih banyak yang harus dibenahi pada segala aspek kehidupan dan sektor-sektor strategis untuk mensejahterakan masyarakat.
Hal senada diungkapkan oleh Dies, salah satu warga Kelurahan Seketeng Sumbawa. Ia juga menepis bahwa Etnis Bima Dompu yang jumlahnya sekitar 40 persen dari 3.200 pemilih di Bukit Tinggi Kelurahan Seketeng sama sekali tidak mendukung salah satu paslon seperti yang diklaim.
“Klaim salah satu paslon yang mengatakan kami etnis Bima Dompu di sini mendukungnya itu tidak benar,” jelasnya.
“Etnis Bima Dompu disini malah memilih Jarot-Mokhlis karena program nya bagus seperti membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan UMKM,” jelasnya lagi.
Ia bersama tim akan berupaya keras untuk memenangkan Jarot-Mokhlis di Bukit Tinggi, apapun bentuk resiko yang didapat.
Seorang petani di Bukit Tinggi Kelurahan Seketeng, Morek juga mengeluhkan selama ini sangat kesulitan dalam mendapatkan pupuk, dan rendahnya harga jual hasil pertanian komoditi jagung.
“Susah pupuk mas, kami terpaksa beli dengan harga yang mahal kalau ada, sementara hasil pertanian dibayar dengan harga rendah dengan berbagai alasan seperti kadar air dan lainnya,” katanya.
Ia juga mengeluh dengan bantuan pemerintah yang tidak pernah diberikan kepadanya. Selama ini, kata dia, pemerintah hanya menjanjikan saja bantuan tetapi tidak pernah terealisasi.
“Saya tidak pernah dibantu, malah yang mendapat bantuan traktor adalah warga yang lebih mampu dari saya, dan bantuan itu bukan digunakan tetapi dijual kembali. Ini realita,” ungkapnya.
Di tengah kesulitannya mencari nafkah, ia harus menghidupi seorang istri dan dua anaknya yang sudah tumbuh dewasa. Anak pertamanya saat ini duduk di kelas 10 sementara yang kedua duduk di bangku SMP.
“Saya hanya mendapat hasil bersih Rp10 juta pertahun dari hasil penjualan jagung. Sementara lahan yang saya miliki adalah lahan kering atau tadah hujan,” ungkapnya.
Hasil yang ia dapatkan bahkan tidak cukup untuk kebutuhannya sehari-hari, untuk itu ia sambilan menjadi tukang ojek untuk memenuhi uang dapur sehari-hari.
Ia juga berharap dengan hadirnya Jarot-Mokhlis ke depannya akan member peluang kerja bagi anak-anaknya ke depan agar tidak menganggur dan miskin seperti dirinya. (KS)