Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Salah satu upaya yang dilakuka oleh Pemkab Sumbawa untuk percepatan penurunan angka stunting yakni melakukan pembinaan terhadap Kader Pembangunan Manusia (KPM) di puluhan Desa yang menjadi lokus penanganannya.
Sebanyak 25 desa yang menjadi lokus penanganan stunting tahun 2019 ini di Kabupaten Sumbawa. Pemkab dalam upayanya melakukan delapan aksi. Saat ini, Pemkab sedang melakukan penanganan akasi lima. Yakni pembinaan terhadap Kader Pembangunan Manusia (KPM) ditiap-tiap Desa Lokus, mereka bertugas memantau, membina, dan melaporkan perkembangan penanganan dan pencegahan stunting di desa.
“Ada 25 desa yang menjadi lokus. Itu yang fokus kita tangani sekarang. Untuk tahun 2020 tetap masih jumlah itu. Hanya penangananya kemarin sudah kita laksanakan aksi satu sampai empat. Sekarang dalam posisi penanganan aksi lima dan enam. Aksi lima itu adalah pembinaan KPM di desa,” ujarnya Asisten I Bidang Pemerintahan Dan Kesra Setda Sumbawa, Dr. H. M. Ikhsan, M.Pd., Selasa (26/11/2019).
Dijelaskannya, di setiap desa terdapat pokja penanganan stunting yang diketuai kepala desa. Bagian dari pokja tersebut ada KPM yang tugasnya sebagai penghubung ke kabupaten untuk membuat laporan.
“Insya Allah dengan langsung ada KPM, data-datanya bisa lebih valid, lancar dan sangat membantu dalam penanganan intervensi. Intervensi spesifik oleh Dinas Kesehatan dan intervensi sensitive oleh dinas-dinas terkait,” terangnya.
Sementara ini kata, Dr. Ikhsan, untuk 25 desa lokus penanganan, masing-masing terdapat satu KPM. Meskipun demikian nantinya akan diusahakan ada di seluruh desa. “Sekarang prioritas di daerah lokus (25 desa). Tetapi kita akan usahakan di semua desa. Karena pembiayaan melalui bantuan dana pusat, ada juga dana desa,” ungkapnya.
Nantinya, lanjutnya, untuk aksi keenam yakni manajemen data. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya perbedaan data yang diperoleh. “Kan sering tidak sama data yang kita peroleh. Karena itu harus satu sumber dan datanya harus valid. Berarti data yang diambil pada saat pekan penimbangan balita, semua balita ditimbang. Data itu paling tidak satu tahun kita bisa dapat tiga kali. Itu akan kita pantau, apakah di daerah-daerah lokus itu masih ada atau tidak anak kita yang mengalami stunting,” paparnya.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Rikesda) tahun 2019, lanjutnya, angka stunting Kabupaten Sumbawa mengalami penurunan menjadi sekitar 31 persen. Dari angka sebelumnya yakni 41 persen. Adanya penurunan ini, karena pihaknya terus melakukan upaya percepatan pencegahan dan penurunan stunting. Hal ini juga akan terus dilakukan kedepannya. “Cukup berhasil, karena kita tidak pernah berhenti. Paling kritis ibu hamil dan anak di bawah dua tahun. Kalau kita punya data ibu hamil, kemudian ditangani diberikan tablet tambah darah dan suplemen makanan yang bagus. Setelah melahirkan bayi diberikan ASI, diberikan makanan pendamping ASI,” tandasnya. (KS/aly)