Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Sejak bulan mei lalu, wilayah Sumbawa dan sekitarnya telah memasuki musim kemarau. Berdasarkan Data Rekapitulasi Bencana Kekeringan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa menyebutkan, sebanyak 43 Desa di 17 Kecamatan diperkirakan akan mengalami kekeringan, sehingga berdapak pada krisis air bersih.
Adapun sejumlah Desa yang dimaksud yakni, di Kecamatan Labuhan Badas (Desa Sampar Maras A dan B), Alas (Labuhan Alas dan Bungin), Buer (Pulau Kaung), Utan (Labuhan Bajo), UnterIwes (Pelat dan Klungkung), Lenangguar, Moyo Utara (Baru, Pungkit, Kukin, Sebewe, Ai Bari, Ai Limung) Alas Barat (MapinKebak, Mapin Beru), Rhee (Luk Karya), Lape (Desa Lape dan Hijrah), Moyo Hulu (Maman, Pernek, Mokong, Marga Karya), Labangka (Labangka 1,2,3,4), Empang (Boal), Plampang (Merpe, Batu Putih, Sinar Jaya, Teluk Santong), Tarano (Mata, Toloi), Lopok (Lpok, Langam, Tatede), Moyo Hilir (Serading).
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sumbawa melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, M Nur Hidayat ST., meski sejak bulan Mei lelu, wilayah Kabupaten Sumbawa telah mengalami kemarau, namun hingga saat ini belum ada Desa atau Kecamatan yang melaporkan tentang krisis air bersih.
Meskipun demikian, pihaknya terus memantau dengan cara berkeliling untuk segera menindaklanjuti jika ada warga membutuhkan air bersih. Dimana daerah pesisir dan kepulauan menjadi daerah paling rawan kekeringan.
“Kami pun sudah mulai keliling siapa tau ada desa yang membutuhkan air untuk segera kita tindaklanjuti,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (25/6).
Diterangkannya, untuk tahun 2019 pihaknya sudah mempersiapkan sekitar 100 tangki air bersih. Jika nantinya jumlah tersebut dinilai masih kurang, maka pihaknya akan segera bersurat ke Provinsi untuk meminta bantuan.
“Kami harus siap, sebelum diminta. Siap anggaran, siap peralatan. Sehingga begitu ada permintaan dari kecamatan langsung kita drop,” pungkasnya. (KS/aly)