Boston, kabarsumbawa.com – Ribuan peserta yang terbagi dalam 250 tim dari 250 perguruan tinggi berbagai negara di dunia, memadati Hynes Convention Center, Boston, Massachuset, Amerika Serikat, Jumat (31/10).
Mereka merupakan peserta yang akan mengikuti International Genetically Engineered Machine Competition (iGEM). IGEM Competition yang merupakan kompetisi dunia Synthetic Biology yang digelar setiap tahunnya. Kegiatan bergengsi ini dirangkaikan dengan Giant Jambore 2014 yang mempertemukan calon-calon ilmuwan dunia.
Yang membanggakan, di antara ribuan peserta tersebut terdapat 8 mahasiswa Fakultas Tekhnobiologi (FTB) Universitas Tekhnologi Sumbawa (UTS). Mereka adalah Adelia Elviantari, Cindy Suci Ananda, Muhammad Al-Azhar, Rian Adha Ardinata, Mochammad Isro Alfajri, Fahmi Dwilaksono, Yulianti dan Indah Nurulita. Sejumlah mahasiswa ini didampingi dua dosennya, Sausan Nafisah dan Maya Fitriana, serta kegiatan mereka selama berada di Amerika.
Hadir juga Dekan FTB UTS, Dr Arief Witarto Ph.D. Namun kehadiran doktor jebolan Tokyo ini bukan berkapasitas sebagai pendamping mahasiswanya, melainkan dipercaya dunia untuk menjadi salah satu juri dalam memberikan penilaian terhadap 250 tim dari 31 negara ini. Di kompetisi tersebut mahasiswa FTB UTS yang tergabung dalam Tim Sumbawagen akan mempresentasikan Project Econey (E.coli Honey), hasil inovasinya dalam pengukuran kadar glukosa dan fruktosa (gula madu) Sumbawa. Inovasi teknologi ini merupakan hasil rekayasa genetika bakteri E.coli yang telah disisipkan gen red fluoresence warna merah yang dikombinasikan dengan software mobile programming pada smartphone (Econey soft) atau lebih tepatnya akan dijadikan perangkat lunak handphone.
Alat ciptaan FTB UTS ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petani madu. Sebab selama ini untuk mengukur glukosa (kadar gula) dalam madu Sumbawa, petani harus mengirim sampel ke laboratorium paling dekat di Mataram. Selain alot, petani juga harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dengan adanya alat sensor hasil rekayasa genetika bakteri E.coli ini, petani hanya dengan menggunakan handphone dapat mengukur kadar gula madu Sumbawa.
Tim sengaja menggunakan madu Sumbawa, selain menonjolkan kearifan lokal juga ingin memperkenalkan Sumbawa tanah kelahiran mereka. Sementara di lantai III Hynes Convention Center salah satu pusat kompetisi tersebut, panitia iGEM dengan bangganya memasang banner UTS. Di banner ini selain tertera foto mahasiswa FTB UTS beserta kegiatannya, juga terpampang foto Rektor UTS Dr H Zulkieflimansyah SE M.Sc, Dekan UTS Arief Witarto Ph.D, Prof Sode—dosen terbang UTS yang merupakan ilmuwan dunia dari Tsukuba Jepang, serta dosen FTB lainnya seperti Dwi, Sausan, Maya, dan Julmansyah S.Hut yang sekaligus inisiator terbentuknya Jaringan Madu Hutan Sumbawa (JMHS).
President and Founder iGEM Foundation, Randy Rettberg dalam sambutannya, menyebutkan bahwa IGEM Competition ini sudah tahun yang ke 10. Dan panitia yang pada iGEM 2014 ini merupakan alumni-alumni yang pernah mengikuti kompetisi iGEM pada tahun-tahun sebelumnya. Ia mengaku sangat gembira dengan perkembangan Syntetic Biology dari tahun ke tahun yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan kian bertambahnya peserta kompetisi dunia tersebut. Diawali 2004 lalu yang hanya 50 tim, dua tahun kemudian meningkat 100 peserta, lalu 150, 200, kini Tahun 2014 ini mencapai 250 tim.
Demikian dengan negara peserta, kini telah meningkat menjadi 31 negara yaitu Indonesia yang mengirim tiga universitas (UTS, UI dan ITB), Australia, Belgia, Brazil, Kanada, Chile, China, Kolombia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Honduras, Hongkong, India, Irlandia, Israel, Jepang, Kazakhstan, Korea, Mexico, Inggris, New Zealand, Norwegia, Polandia, Spanyol, Swedia, Switzerland, Taiwan, Turki, United Kingdom, dan Amerika selaku tuan rumah. Dengan membludaknya peserta kata Randy, kompetisi yang sediannya dilaksanakan di MIT Boston, dialihkan ke Hynes Convention Center yang memiliki kapasitas ruangan yang lebih besar dan lebih banyak.
Ia berharap kompetisi ini tidak hanya sekedar seremonial dan perlombaan, tapi lebih jauh mampu menciptakan komunitas (community building) iGEM. “Tentunya keberadaan komunitas ini mampu mengembangkan sains untuk kemaslahatan umat di dunia, dan melahirkan ilmuwan dunia terkemuka (termasuk mahasiswa dari UTS),” ucapnya.
Di bagian lain, Randy Rettberg menjelaskan tentang iGEM Foundation. Menurutnya, The International Mesin Rekayasa Genetik ( IGEM ) Yayasan didedikasikan untuk pendidikan dan persaingan , kemajuan biologi sintetis , dan pengembangan komunitas open dan kolaborasi.
Pada tahun 2012 , IGEM berputar keluar dari MIT dan menjadi sebuah organisasi nirlaba independen yang terletak di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat. The IGEM Yayasan mendorong penelitian ilmiah dan pendidikan melalui pengorganisasian dan operasi Kompetisi IGEM, kompetisi biologi sintetis siswa utama.
Hal ini juga mendorong penelitian ilmiah dan pendidikan dengan mendirikan dan mengoperasikan Registry of Standard Biological Parts, koleksi komunitas komponen biologis. Organisasi mempromosikan kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan dengan mengembangkan komunitas open mahasiswa dan praktisi di sekolah, laboratorium, lembaga penelitian, dan industri . Komunitas IGEM memiliki sejarah panjang yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat dalam pengembangan bidang baru biologi sintetis.