Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Manajemen RSUD Sumbawa terus melakukan inovasi untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Agustus mendatang, dijadwalkan dua fasilitas baru penunjang pelayanan akan mulai dioperasikan, yakni alat cuci darah (hemodialisa), dan pabrik tabung oksigen.
“InsyaAllah mohon doa restu. Jika tidak ada halangan, Bulan Agustus sudah terealisasi,” kata Direktur RSUD Sumbawa, dr. Dede Hasan Basri.
Dijelaskan, untuk alat cuci darah pihaknya akan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga dengan system bagi hasil. Dalam kerjasama ini, RSUD tidak mengeluarkan anggaran sepeserpun untuk membeli alat-alat yang cukup mahal tersebut. Demikian dengan maintenance termasuk instruktur yang menyiapkan sumberdaya manusia di RSUD Sumbawa, semua disiapkan pihak ketiga.
“Kita hanya siapkan tempat dan SDM saja. Setelah itu kita nikmati hasilnya,” ungkapnya.
Selama ini diakui dr. Dede, pasien gagal ginjal dan harus dilakukan cuci darah seumur hidup, terpaksa dirujuk ke Mataram. Ada juga yang melakukannya secara mandiri di RSUD Asy-Syifa Sumbawa Barat. Ini cukup memberatkan pasien dari Sumbawa. Meski biaya ditanggung BPJS, namun mobilisasi dan biaya hidup ditanggung pasien. Lagipula di RSUD lain tidak menerima Bansos untuk biaya pengobatan bagi pasien dari Sumbawa yang tidak terakomodir BPJS. Berbeda jika dilayani dan dirawat di RSUD Sumbawa.
Selanjutnya pembangunan pabrik tabung oksigen, dr Dede mengaku juga bekerjasama dengan pihak ketiga. Pembangunan pabrik lengkap fasilitas dan maintenancenya ditanggung sepenuhnya pihak ketiga. Sama seperti alat cuci darah, sistemnya bagi hasil. Kerjasama ini dilakukan sebagai upaya untuk menyiasati terbatasnya anggaran daerah, di tengah kebutuhan tabung oksigen yang cukup tinggi. Selama ini dalam sebulan RSUD membutuhkan 1000 tabung oksigen, belum termasuk di puskesmas-puskesmas. Untuk oksigen satu tabung, dibeli seharga Rp 235 ribu. Artinya dalam sebulan untuk kebutuhan tabung ini saja, RSUD sudah mengeluarkan dana sebesar Rp 235 juta.
Pola kerjasama dengan pihak ketiga yang dilakukan jajarannya sambung dr. Dede, menjadi salah satu solusinya. Selain kebutuhan oksigen bisa tercukupi, secara bisnis menguntungkan daerah dalam hal ini RSUD Sumbawa.
Pihaknya hanya menyediakan tempat yaitu di lahan RSUD Sering, semua peralatan dan biaya pembangunan pabrik itu ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan. Sistem yang disepakati adalah bagi hasil dengan skema 75% untuk perusahaan (pihak ketiga) dan 25% untuk daerah (RSUD Sumbawa). Ini akan berlangsung selama 8 tahun, setelah itu pabrik oksigen akan menjadi milik daerah sepenuhnya.
“Selain itu untuk efisiensi pengeluaran rumah sakit, sebaliknya meningkatkan pendapatan dan pelayanan termasuk mengatasi kesulitan pasien yang selama ini selalu dirujuk ke luar daerah. Semua ini kami ikhtiarkan untuk masyarakat dan daerah, sehingga pelayanan kesehatan bisa terpenuhi.” pungkasnya. (KS/aly)
Apa kabarnya berita pak Sahabudin yang istrinya meninggal karena kekuranagan darah ketika melahurkan.