Nopember (ITS). Kegiatan ini terlaksana pada 2 – 3 September 2019.Dalam paparan bertema ‘Blue Economy Model for Small Island Development’, Sjarief menyampaikan bahwa saat ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengembangkan Blue Economy untuk semua desa, berbasis komoditas, tak hanya single komoditas, tapi juga multi komoditas, sekaligus juga untuk tourism dan produk lainnya.
“Karakter blue economy adalah meningkatkan efisiensi natural resources
(sumber daya alam), meningkatkan nilai tambah dan diversifikasi produk dengan prinsip: zero waste dan meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir. Konsep inilah yg harus kita bangun di Indonesia,” tegas Sjarief.
“Hal tersebut dapat diwujudkan dengan pendekatan strategi berupa integrasi sistem produksi di seluruh bisnis inti (bisnis utama), konektivitas bisnis (rantai nilai dan rantai pasokan) dan infrastruktur yang saling terintegrasi,” lanjutnya.
mengembangkan produk dalam kerangka blue economy dengan menekan limbah
menjadi nol dalam proses produksi perikanan atau zero waste dan menjadikan bagian ikan atau by-products menjadi produk yang bernilai ekonomi. Prinsip inovasi dalam proses produksi perikanan juga sangat menentukan dalam menciptakan daya saing produk.”Contohnya seperti rumput laut. Rumput laut berpotensi dikembangkan menjadi berbagai produk turunan. Hal itu meliputi hidrokoloid,
biofuel, fertilizer, fiber, pakan hewan hingha kosmetik. Untuk itu saya mengundang seluruh perguruan tinggi untuk dapat mengambil peranan dalam mewujudkan blue economy Indonesia seperti halnya yang dilakukan ITS,” terang Sjarief.
Acara ini dibuka oleh Rektor ITS, Mochamad Ashari didampingi Ketua Komite ITS, Eko Budi Djatmiko. Turut hadir sebagai pembicara, Laksamana TNI, Marsetio; Norbert Gruenwald, Wismar University of
Applied Sciences, Germany; dan Raoul Bunschoten, Technische Universitaet Berlin, Germany.
Dalam kesempatan tersebut, BRSDM turut berpartisipasi menampilkan hasil riset, pendidikan, pelatihan, serta penyuluhan, dalam Pameran SIDI International Conference 2019 Sustainability of small island’s Environment, pada 2-3 September 2019, diantaranya yakni Mietimi (mie
tinta cumi dari olahan hasil samping cumi); Seabar (olahan snackbar dari tepung duri ikan bandeng dan rumput laut); Suppromag (makanan ikan hias dan ikan konsumsi dari ulat Maggot yang di koloni dan di proses menjadi Pelet ikan); Sea Fresh Body Care (produk non konsumsi berbahan dasar rumput); dan IDSL (Operational Tsunami Warning System for Indonesia). (kd/)