Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru saat proses pembelajaran yakni menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Untuk menciptakan suasanya demikian, tentu memerlukan bebrabagai cara, salah satunya menggunakan media pembelajaran.
Guna mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan, Abdul Azis, S.Pd seorang guru di SDN Nijang, Kecamatan UnterIwes memanfaatkan berbagai benda yang ada di sekitar, yakni benda yang tidak asing lagi bagi semua orang khususnya di Kabupaten Sumbawa.
Ia menggunakan “takokak” nama lainnya rimbang atau terung Pipit adalah tumbuhan dari suku terung-terungan yang buah dan bijinya dipakai sebagai sayuran atau bumbu (Lekir-dalam bahasa Sumbawa), terong hutan (terong Para) dan papan bekas sebagai media pembelajaran.
Media tesebut dia beri nama “Ampek Hitung”. Ampek hitung berasal dari dua kata yakni Ampek yang atrinya papan bekas, dan hitung yang artinya berhitung. Jadi Ampek Hitung adalah Papan Berhitung.
Ia mengatakan, Ampek hitung sengaja dibentuk seperti boneka manusia setengah jadi untuk memancing rasa ingin tahu anak-anak dalam proses belajar numerasi.
“Kabetulan sekolah kami berlokasi tidak jauh dari sawah dan perkebunan sehingga terong hutan dan takokak tumbuh subur di sekitar halaman sekolah, kemudian di dekat rumah saya ada tukang kayu yang biasanya membuang sisa papan tidak terpakai. Saya lalu meminta papan bekas tersebut sebagai bahan utama,” tutur Azis – sapaan akrab guru SD ini yang juga seorang Fasda (Fasilitator Daerah) program rintisan PERMATA
Selain menggunakan Terong Hutan dan Tekokak, untuk mengopasikan ampek hitung bisa juga menggunakan biji-bijian yang lain atau buah-buahan lain sesuai kreativitas masing-masing guru.
Azis menerangkan, mengoperasikan ampek hitung seperti sedang bermain sulap. Cara pengoperasian ampek hitung dipadukan dengan kupon ajaib berisi kalimat perintah atau pertanyaan seputar materi penjumlahan atau pengurangan.
Berikut langkah-langkah menggunakan ampek hitung. Pertama, kupon ajaib dibuka kemudian anak-anak akan dituntun untuk mengoperasikan ampek hitung. Kedua, ketika anak-anak mendapat kata perintah DEPAN maka yang diambil adalah media hitung dari terong hutan yang berada di sebelah kanan dan ketika mendapat kata perintah BELAKANG maka yang diambil adalah media tekokak di sebelah Kiri.
Misalnya operasi penjumlahan 7+5= … Ambil tekokak atau terong 7 buah dihitung secara runtut dimasukan melalui lubang khusus diatas kotak tengah yang besar setelah itu ambil di kotak kiri sebanyak 5 terong atau tekokak dihitung secara runtut juga sampai lima. Ketiga, ketika anak-anak mendapat pertanyaan tentang pengurangan misalnya 8-6=… maka langkah operasi dengan ampek hitung adalah mengambil terong dari kanan 8 biji kemudian masukkan ke kotak tengah tanpa melalui lubang kotak kecil di atasnya. Setelah 8 terong dimasukan dalam kotak kemudian diambil 6 dimasukan ke kotak guru kiri dan hasil akhir dari 8-6 akan kelihatan di kotak tengah yaitu 2 biji terong. Di bagian akhir, anak-anak bisa menulis di papan bahwa 8-6 = 2.
Kata Azis, media ini juga dapat digunakan untuk operasi perkalian dan pembagian dengan penambahan alat peraga berupa gelas plastik atau wadah kecil di belakang papan. Selanjutnya, papan styrofoam ditempel di belakang ampek. Setelah itu anak-anak diarahkan mengambil bahan terong hutan atau tekokak dari kanan kemudian membagi atau mengalikannya sesuai perintah soal yang ditempelkan di belakang papan.
“Belajar di luar kelas dapat dirasakan manfaatnya oleh anak anak. Suasana bebas sejauh jauh mata memandang menimbulkan pikiran dan semangat baru. Berbeda ketika terus belajar di dalam ruangan”katanya.
Menurutnya, keberhasinyannya menciptakan media tersebut tidak terlepas dengan hadirnya INOVASI di Sumbawa membuat. Sehingga pendekatan solusi lokal semacam ini, mulai dirasakan manfaatnya oleh para guru dampingan program rintisan PERMATA (Peningkatan kualitas pembelajaran numerasi dasar) di Sumbawa. Mengingat masyarakat di Sumbawa umumnya hanya menggunakan takokak dan terong hutan sebagai bahan makanan atau pelengkap masakan seperti ketika membuat masakan khas Sumbawa seperti sepat, singang atau cengka.
Semangat untuk menjadi bagian dari pencerdas anak-anak bangsa adalah motivasi terbesar dalam menjalankan profesi sebagai seorang guru. Abdul Azis berharap guru-guru dampingan INOVASI mulai membuat media pembelajaran sesuai dengan konteks masalah lokal.
“Saya membuat media pembelajaran agar anak-anak senang belajar numerasi dan berharap yang saya lakukan dapat memotivasi teman-teman guru lainnya,” kata Abdul Azis.
Program-program rintisan INOVASI telah melahirkan kreativitas dan energi baru dalam rangka turut membantu guru menemukan solusi lokal untuk masalah lokal pendidikan di Kabupaten Sumbawa. (KS/aly)