Bulir Jagung Sisa Pemberi Asa

Date:

IMG 20180525 WA0001 01kabarsumbawa.com – “Seribu satu macam cara orang mencari makan, dari menjual koran sampai menjual …”, adalah penggalan syair lagu yang cukup popular bagi sebagian orang. Lagu yang menggambarkan usaha untuk bertahan hidup, dari cara yang dipandang hina hingga mulia.  Namun tidak sedikit dari kita yang terpaksa mengacuhkan pandangan hina atas penghidupan karena himpitan. Meski itu harus mengais dan memungutnya diantara debu dan batu, seperti Zakariah (67).

Usai kesibukan bongkar-muat melelahkan sepanjang hari di dermaga pelabuhan badas, maka selesai sudah hari itu, khusus bagi para Anak Buah Kapal (ABK) atau buruh bongkar muat. Dari kegiatan sepanjang hari itu, terdapat bulir-bulir jangung yang bertebaran bersama debu dan batu sepanjang dermaga Labuhan Badas. Bulir-bulir itu terbenam pasir dan tanah, terlindas roda kendaraan, terinjak, dan terabaikan.  Bagi Zakariah, bulir-bulir itu adalah harapan, adalah berkah. Sebab bulir-bulir itu adalah penegasan, dapur akan tetap dapat mengepul untuk beberapa hari kedepan.

Sekitar pukul 20.00 wita, bersama beberapa teman, Zakariah mulai bertolak ke dermaga Labuhan badas dari kediamannya di sekitar pelabuhan. Ditangan kanannya terdapat pengayak dari lempengen seng bekas dan dirakit menggunakan kayu dan berbentuk persegi empat. Ada juga karung, yang akan digunakan untuk menampung bulir-bulir jagung. Karung itu terlihat cukup lusuh, barang kali penegasan bahwa sudah cukup sering digunakan. Dan digenggaman tangan kirinya terdapat seikat sapu lidi.

Baca juga:  Menolak Perkawinan Dini : Lakpesdam Selenggarakan Pelatihan untuk Masa Depan Anak Desa Marente 

Setibanya di diermaga, ia mulai memperhatikan sekitar. Disisihkan karung dan pengayak. Perlahan sapu lidi yang dibawa itu mengumpulkan bulir-bulir jagung, membentuk tumpukan kecil. Sepintas tidak terlihat bulir jagung. Hanya debut, pasir dan krikil-krikil kecil.

Mungkin dirasa cukup, pengayak mulai digunakan untuk memisahkan bulir jagung dengan debu dan pasir. “Kalau lagi banyak, biasanya semalam saya bisa dapat 40 sampai 50 kg. Ini ada sekitar 8 sampai  10 kg,” katanya sembari memperlihatkan hasil ayakan dari satu tumpukan kecil. Didermaga itu biasanya hingga dini hari bahkan menjelang subuh, tergantung dari hasil dan kondisi fisik.

Dari hasil yang didapat di Dermaga, beberapa hari berikutnya akan dijajakkan ke pasar dengan harga Rp 8.000 per kilogram. “Kalau yang langsung beli ke rumah itu, kasih harga Rp 5.000 per kilonya. Ini jadi pakan ayam,” jelasnya.
Bulir jagung yang didapat,tidak dapat langsung dijajakkan ke pasar keesokan harinya. Sebab, meski untuk pakan ayam, bulir-bulir itu harus terlihat bersih. Sehingga masih harus melewati beberapa tahap.
Bulir jagung masih harus di rendam sekitar sehari untuk menghilangkan debu atau tanah yang menempel. Kemudian dijemur kembali selama sehari, kemudian dipisahkan antara bulir jagung dengan krikil atau batu.
“Kalau yang didapat malam ini. Paling cepat lusa baru bisa dijual. Atau besoknya lagi,” kata pria yang masih kental logat bugis itu.
Ia menagku baru beberapa minggu mencari penghidupan dengan mengumpulkan bulir jagung. Sebelumnya, seperti orang bugis kebanyakan ia mencari nafkah dari  laut termasuk menyelam. Namun rentetan kecelakaan dan faktor usia memaksa untuk meninggalkan jalur laut.
“Saya sudah tidak bisa lagi mencari dilaut. Saya juga pernah lumpuh. Kesini teman yang kasih tahu dan ajak kesini. Alhamdupillah, hasilnya cukuplah,” katanya sembari tersenyum diantara kerutan keriput wajah.
Diusia yang tidak lagi muda, ia masih tetap bertekad untuk terus berjuang dab tidak menjadi beban keluarga. Meski harus berpeluh disiang hari dan menggigil dikala malam. Mungkin itulah harga yang harus dibayar untuk perjuangannya. Namun ia masih bisa bersyukur dan tersenyum. (Manda)

Baca juga:  Menolak Perkawinan Dini : Lakpesdam Selenggarakan Pelatihan untuk Masa Depan Anak Desa Marente 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Share post:

Populer

More like this
Related

Menolak Perkawinan Dini : Lakpesdam Selenggarakan Pelatihan untuk Masa Depan Anak Desa Marente 

Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber...

Lakpesdam NU Sumbawa Perkuat Peran Masyarakat Sebagai pengawas Pelayanan Publik

Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber...

Mahasiswa Harus Berorganisasi dan Mengapa Harus PMII?

Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com - Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam...

Polres Sumbawa Ikut Sukseskan Penanaman 1.000 Mangrove di Labuhan Terata

Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com - Dalam upaya pelestarian ekosistem laut,...