Sumbawa Besar, KABARSUMBAWA.COM – Munculnya kasus beras raskin busuk yang didistribusikan ke Desa Kokarlian, Kecamatan Poto Tano, Sumbawa Barat, membuat kaget Perum Bulog Sub Divre Wilayah I Sumbawa. Meski mengaku kaget, H Syamsuddin—Kepala Seksi Pelayanan Publik perum setempat, Senin (10/3) membantah jika beras yang didistribusikan dari gudangnya dalam kondisi busuk. “Sebenarnya kasus ini sudah klir sejak hari pendistribusian karena berasnya sudah diganti dengan yang baru,” kata Haji Syam—akrab pria ramah ini disapa.
Menurut Haji Syam, beras yang keluar dari gudang Bulog dalam posisi kualitas dan kuantitasnya bagus. Saat pengangkutan menggunakan truk bekerjasama dengan pihak ketiga (rekanan) UD Bunga Buana selaku transportir, di tengah jalan hujan turun. Kebetulan saat itu truk belum ditutupi terpal. Dalam proses penutupan, hujan membasahi beberapa zak beras yang berada di bagian atasnya, yang kebetulan beras itulah yang diturunkan di Desa Kokarlian. “Namanya karung plastik, basah dan tidaknya hampir sama, sehingga tidak kelihatan dan tidak diketahui oleh pengangkut,” kata Haji Syam.
Hal ini baru terungkap ketika beras sudah didistribusikan melalui pemerintah desa setempat, dan menyusul adanya komplin dari masyarakat. Tentunya pihaknya harus merespon dengan mencari titik kesalahannya dan memastikan siapa yang bertanggung jawab dalam persoalan ini. Setelah rekanan yang mengangkut beras dimaksud dipanggil barulah diketahui kalau beras yang basah tersebut merupakan tanggung jawab pihak pengangkut. Sebab beras itu basah setelah keluar dari gudang dan dalam penguasaan pengangkut. “Jika beras rusak masih di dalam gudang, itu tanggungjawab kami dan akan langsung kita ganti, tapi kalau sudah di luar gudang menjadi resiko pengangkut,” jelasnya. Ini sesuai dengan SOP pelaksanaan penyaluran raskin dari titik distribusi (TD) ke titik bagi (TB). Bahwa apabila ditemukan raskin yang tidak sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang ditetapkan maka tim koordinasi raskin/pelaksana distribusi harus menolak dan langsung mengembalikan kepada Perum Bulog untuk diganti dengan kualitas yang sesuai dan menambah kekurangan kuantitas.
Haji Syam mengakui sebelum beras didistribusikan, pihaknya sudah melakukan pengecekan untuk memastikan kualitas dan kuantitasnya secara valid, dan tidak ada persoalan. “Pemeriksaan ini sudah menjadi SOP, Ini sudah kami lakukan sebelum diangkut truk untuk didistribusikan ke sejumlah desa di KSB termasuk Desa Kokarlian,” ucapnya.
Untuk diketahui, beras raskin yang didistribusikan ke Desa Kokarlian mencapai 270 zak atau 4.050 Kg sesuai dengan jumlah RTS (Rumah Tangga Sasaran). Sedangkan yang dinyatakan basah (rusak) hanya 30 zak.
Ia berharap ke depannya kasus ini tidak terjadi lagi. Pihaknya telah mengintruksikan setiap truk harus menyiapkan terpal apalagi saat ini musim hujan. Selain itu timnya di lapangan juga diminta untuk mengawasi secara ketat, jika truk tanpa terpal tidak diijinkan jalan. “Inilah salah satu upaya kami agar kasus yang baru pertama kali ini terjadi, tidak akan terulang lagi,” tandasnya.
Seperti diberitakan, Kades Kokarlian Muhammad Dahlan mengaku terkejut saat membuka karung ternyata berisi beras dengan tekstur kuning kecoklatan, disertai bau
tak sedap (tengik, Red). Jika beras itu dimasak tentu tidak seperti nasi lazimnya yang layak dikonsumsi menurut standar kesehatan. Sebelum ditemukan, beras-beras bantuan ini tiba pada Rabu (5/3) lalu. Setelah diterima pemerintah desa langsung menyuplay beras itu ke
warga penerima melalui RT masing-masing. Salah satu ketua RT melaporkan kepada pihaknya bahwa di antara beras bantuan itu ada yang sudah membusuk.
“Setelah di cek, lagi kita temukan ada 16 sak beras yang rusak. Bahkan, pada Jum’at ditemukan kembali 14 sak beras yang busuk,” aku Muhammad Dahlan. Mengetahui hal itu Ia langsung membuat berita acara pelaporan serta dokumentasi yang disampaikan kepada Perum Bulog melalui Sub Divre Kecamatan Alas.