Kabarsumbawa.com, Sumbawa Besar – Aktifitas tambang ilegal di Kokar Dalap Desa Marente Kecamatan Alas kini semakin merajalela. Bahkan pengolahannya dilakukan di area persawahan dan lokasi tambak air tawar di wilayah tersebut. Akibat adanya aktifitas tersebut dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan dan merusak sumber mata air di kawasan tersebut.
Anggota DPRD Sumbawa dari Dapil IV, Muhammad Saad SAp, berharap kepada pemerintah daerah untuk segera mengambil sikap dan langkah kongkrit, terkait aksi penambangan tanpa ijin (ilegal) yang marak terjadi di wilayah Kokar Dalap, Desa Marente Kecamatan Alas. Pasalnya aktivitas penambangan tersebut jika dibiarka maka dikhawatirkan akan membawa dampak buruk bagi lingkungan dan prilaku masyarakat sekitarnya yang dengan seenaknya merusak alam.
Saad mencontohkan, kondisi tambang liar pernah terjadi di Labaong Kecamatan Lape, dimana telah terjadi pencemaran lingkungan akibat limbah gelondong di lokasi persawahan masyarakat, bahkan tindak kriminal kerap terjadi. Belum lagi ditambah dengan banyak korban meninggal akibat tertimbun tanah di dalam lubang. Karena itu pihaknya selaku tokoh masyarakat Alas yang juga anggota DPRD Sumbawa, tidak menginginkan apa yang telah terjadi di Labaong terulang lagi di Desa Marente.
Dari hasil tinjauan lapangan belum lama ini, kata Saad pihaknya bersama tokoh masyarakat Alas lainnya menyayangkan lambannya tindakan pemerintah dalam penanganan aktivitas Peti tersebut, dimana semakin hari kian marak aktivitas pengolahan mineral logam Emas (Gelondong) yang notabenenya lokasi tersebut adalah lahan pertanian masyarakat Kecamatan Alas. Belum lagi maraknya pendatang – pendatang ilegal dari kabupaten lain. “ lebih cepat ditangani lebih baik agar tidak terjadi kerusakan dan pencemaran lingkungan yang lebih besar dikemudian hari “ ungkapnya.
Ditambahkan, apa yang terjadi saat ini berbanding terbalik dengan yang di keinginan pemerintah dan masyarakat untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai salah satu lokasi obyek pariwisata, karena disisi lain terjadi kerusakan hutan dan pencemaran. “Kami berharap permasalahan ini segera ditangan, dan jangan biarkan berlarut-larut, karena dikhawatirkan menjadi sebuah Bom waktu yang sewaktu –waktu memakan korban dan dampak yang lebih besar dikemudian hari,” tandas Saad. (KS/YD)