Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sumbawa terus meningkat. Hingga saat ini tercacat 239 kasus DBD telah terjadi.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupatenn Sumbawa melalui Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan (P3PL) Sarip Hidayat menyebutkan, kasus DBD pada bulan Januari tercatat 21 kasus, Februari 71 kasus, dan Maret naik lagi menjadi 119 kasus dan April ini 29 kasus.
Peningkatan kasus demam berdarah di kabupaten Sumbawa terjadi karena beberapa faktor. Diantaranya, seperti curah hujan yang cukup tinggi, pemukiman padat penduduk dan kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat.
“Hingga saat ini sebanyak 239 kasus demam berdarah terjadi. Dan belum ada kasus DBD meninggal dunia. Kasus didominasi anak usia sekolah,” kata Sarip saat ditemui Kamis (18/4/2024).
Oleh karena itu diperlukan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan bahayanya DBD terutama pada kawasan padat pemukiman dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat. Sebab dapat membantu mengurangi perkembangbiakan nyamuk terutama saat musim hujan seperti saat ini.
Selain itu, di sekolah juga harus lebih intensif membersihkan lingkungan karena Dominasi kasus DBD pada anak usia sekolah.
Menurutnya, kasus DBD tertinggi terjadi pada rentan waktu dari bulan Desember sampai dengan bulan Mei.
Kemudian angka tertinggi DBD 239 kasus terjadi pada kecamatan yang padat penduduk seperti kecamatan Sumbawa terjadi 114 kasus DBD, Kecamatan Labuhan Badas 37 Kasus DBD, Kecamatan Empang 20 Kasus DBD, Kecamatan Unter Iwes 20 Kasus, Kecamatan Moyo Hilir 13 Kasus DBD, DBD Kecamatan Moyo Utara 8 Kasus DBD, Kecamatan Moyo Hulu 5 kasus, Kecamatan Lape 5 kasus, Kecamatan Buer 3 kasus DBD, Kecamatan Lopok 3 kasus DBD, Kecamatan Labangka, Alas, Batulanteh, Tarano masing-masing terjadi 2 kasus DBD, kemudian Kecamatan Alas Barat dan Plampang masing-masing terjadi satu kasus DBD.
“Saat musim hujan seperti saat ini diperlukan adanya gerakan Jumantik yakni juru pemantau jentik di masing-masing rumah dan selalu menjaga kesehatan dengan membersihan lingkungan,” sebutnya.
Ia menjelaskan terdapat dua jenis nyamuk yang paling sering menyebarkan virus dengue ini yaitu aedes aegypti dan aedes albopictus. Nyamuk ini sering ditemukan baik di dalam maupun di sekitar pemukiman.
“Banyak orang tidak mengalami tanda atau gejala infeksi DBD. Ketika gejala benar-benar terjadi disalah artikan sebagai penyakit lain seperti flu, biasanya gejala akan muncul mulai empat hingga 10 hari setelah digigit nyamuk. Penyakit ini bisa menyebabkan demam tinggi hingga 40 derajat Celsius, sakit kepala, nyeri otot, tulang atau sendi, mual dan muntah, sakit di belakang mata, kelenjar bengkak dan ruam,” jelasnya.
Pemerintah Kabupaten Sumbawa mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan tetap waspada dengan menerapkan langkah antisipasi seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN), mengingat iklim yang ekstrem mempengaruhi pola kembang biak nyamuk yang lebih cepat.
“Langkah PSN Ini untuk mengantisipasi atau mencegah nyamuk aedes aegypti berkembangbiak lebih banyak,” katanya.
Selain itu, penguatan layanan promosi kesehatan melalui Puskesmas Keliling juga dimasifkan untuk edukasi pemberantasan sarang nyamuk.
“Kalau tidak ada tempat berkembang nyamuk, maka tidak ada kasus. Kami harap orangtua segera membawa anak ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala,” pungkas Sarip. (KS)