Sumbawa Besar, Kabarsumbawa.com – Sejarah Desa Rhee, Kecamatan Rhee, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), akan segera tercatat dalam sebuah buku. Buku tersebut merupakan hasil kerjasama antara Kepala Desa Rhee, Edy Firmansyah, NL.P., S.H., dengan dua peneliti Universitas Samawa (Unsa), Dr. Juanda, S.S., M.Pd., dan Dr. Suharli, M.Pd.
Kegiatan riset sudah berlangsung dari Desember 2023-April 2024, yang bertujuan untuk menelusuri secara diakronik keberadaan Desa Rhee. Mengungkap asal mula terbentuknya desa sekaligus merawat sejarah bagi lintas generasi.
Guna menyempurnakan pencatatan sejarah lokal tersebut, Tim peneliti melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk melihat keberterimaan draf buku dimaksud.
FGD yang berlangsung, Kamis (18/04/2024) itu, menghadirkan Dea Guru Syukri Rahmat, S.Ag., M.M.Inov., selaku Ketua Dewan Syara’ Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS). Kegiatan FGD dipandu oleh Dr. Suharli.
Hadir juga pada FGD, lebih dari 40 tokoh lintas generasi, meliputi tokoh agama, pemerhati budaya, para mantan Kades, dan para perangkat desa. Para peserta FGD sangat antusias mengikuti pemaparan dan diskusi/tanya jawab sebelum peserra dikelompokkan ke dalam 7 kelompok.
Dr. Juanda sebagai Ketua Periset dalam FGD tersebut memeparkan temuannya. Berdasarkan penelusuran, ditemukan bahwa Desa Rhee sudah terbentuk sejak tahun 1654. Informasi ini diperoleh dari buk yang ditulis oleh H. Moestaram Bangkalan, Kepala Desa Rhee (1977-1998).
Temuan tersebut kemudian diafirmasi oleh Dea Guru Syukri Rahmat, dengan memberi catatan pada naskah. Syukri menegaskan bahwa penemuan terbentuk Desa Rhee pada tahun 1615 kurang dapat diterima. Menurutnya, tampaknya tahun tersebut kurang dekat dengan terbentuknya Kesultanan Sumbawa.
Pada periode 1654-1908, Desa Rhee dipimping oleh Nyaka Kuling Haluan, diikuti Nyaka Bandar Umar, dan dilanjutkan oleh Nyaka Sompa Sano. Dengan kata lain, Desa Rhee sudah terbentuk pada Dewa Mas Tjinni (1648-1668) sampai dengan Dewa Masmawa Sultan Muhammad Djalaluddinsyah III (1883-1931).
Nyaka merupakan sebutan bagi orang yang mengepalai kampung dan dipilih oleh warganya. Dalam Kesultanan Sumbawa, Nyaka berada di bawah Pengantong, orang yang diangkat oleh sultan (Suryo & Mulyaningsih, 2021).
Pasca Indonesia merdeka tahun 1945, kepemimpinan Nyaka sudah berakhir. Kemudian, jabatan kepala desa sudah dipegang oleh orang yang bukan lagi dari darah kesultanaan.
Desa Rhee berturut-turut dipimping oleh Abdul Majid (1946-1969), Tojang (1969-1976), H.Moestaram Bangkalan (1977-1998), Dawid Adal Aji, S.E. (1998-2006), Ramli (caretaker 2006-2007 dan 2010-2012), Hadi Anto (2007-2010), Burhanuddin (2012-2017), Ali Rida (caretaker pada 2017-2018 dan 2020-2021), Halidi (2018-2020), dan Edy Firmansyah, NL.P., S.H. (April 2021-Agustus 2024).
Hasil FGD ini kemudian tim peneliti menindaklanjutinya dengan melakukan revisi sesuai masukan Dea Guru Syukri Rahmat dan para peserta. Setelah revisi selesai, draf buku akan diserahkan kepada mitra untuk diterbitkan. (KS)