KabarSumbawa.com – Creeping eruption atau dikenal juga denagn nama cutaneous larva migrans adalah suatu infeksi kulit yang disebabkan oleh cacing tambang. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia namun banyak terdapat di daerah tropis atau subtropik yang hangat dan lembab, dimana seperti yang kita tahu Indonesia adalah negara tropis.
Cacing tambang yang sering menyebabkan creeping eruption yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Cacing tersebut dapat ditemukan pada tanah atau pasir yang mengandung kotoran anjing ataupun kucing yang terinfeksi cacing tersebut.
Cacing dewasa biasanya akan hidup di dalam tubuh anjing ataupun kucing, dimana ketika mereka buang kotoran maka telur cacing akan ikut keluar. Ketika suhu cukup lembab maka telur akan menetas menjadi larva, dimana larva inilah yang dapat masuk ke dalam kulit kita dan menyababkan kita terkena creeping eruption. Larva akan terus berjalan di sepanjang kulit tanpa tujuan sehingga menimbulkan kelainan pada kulit berupa suatu peradangan yang berbentuk garis ataupun berkelok-kelok yang dapat terus berjalan sampai larva tersebut mati.
Masuknya larva ke kulit biasanya akan menimbulkan rasa gatal ataupun panas. Rasa gatal pun dirasakan paling hebat ketika malam hari, hal tersebut disebabkan karena aktivitas larva cacing paling aktif yaitu ketika malam hari.
Berdasarkan penelitian tempat yang paling sering terinfeksi cacing ini yaitu pada telapak kaki ataupun punggung kaki. Hal tersebut dikarenakan banyaknya orang yang tidak memakai alas kaki atau pelindung lainnya ketika bermain di tanah atau pasir yang sudah terkontaminasi tersebut.
Sebenarnya larva tersebut dapat mati dengan sendirinya setelah 6-8 minggu namun apabila dirasa sangat mengganggu maka dapat memakai obat cacing seperti tiabendazol dan juga albendazol, serta dapat meminum obat anti gatal untuk mengurangi rasa gatalnya.
Pencegahan yang paling dapat kita lakukan yaitu dengan selalu menggunakan alas kaki bila ingin bermain di luar rumah serta apabila memungkinkan maka anjing atau kucing di lingkungan tersebut dapat diberikan obat cacing sehingga mereka tidak jadi perantara untuk penularan penyakit ini. (ks/*)
Oleh: dr. Elsa Aprillia Sujadi UNIKA Atma Jaya